Senin, 08 April 2013

pistol gede pak riza

Huh! Sore ini disuruh turun kesekolahan lagi. Padahal aku malas paket buat nunjukin muka aku disekolah akhir-akhir ini. Bukan karena aku kepergok lagi ML atau kepergok lagi ciuman ama cowok tapi karena aku malas saja melihat wajah Irfan. Irfan Sujatmiko, adalah teman sekelasku. Dia selalu dekatin aku dan sikapnya terlalu terbuka kalau dia itu naksir aku. Walau pun tak ada teman-teman yang curiga, tapi tetap saja aku malas buat ngeliat mukanya yang agak sok itu. HP-ku berbunyi menandakan ada sms masuk. “pak Riza?”. Wah girang sekali aku rasanya dapat sms dari pacar gelapku ini. “Dek apak kangen pengen ML ma kamu. Kamu sekarang udah masuk sekolah sih, jadinya gak bisa berduaan dirumah lagi”. Aku balas sms pak Riza, “Gimana dong pak. Haris juga udah gak sabar pengen ngerasain pistol apak. Apak bisanya kapan nemuin aku lagi?”. “Hmmmpppp… Gimana kalau apak ngajak kamu jalan malam selasa nanti. Apak usahain buat jalan ma Haris. Gimana?”. Aku berfikir sejenak untuk mempertimpakkannya. “Apak katanya mau nusuk Haris, kalau jalan aja gimana mau nusuk aku?”. “Apakkan malam selasa bisa pulang ketempat apak. Tapi, apak gak pulang kerumah apak. Nah, apak rencananya bawa kamu nginap dihotel. Setuju nggak Bay?”. Tanpa ditanyapun aku akan langsung bilang setuju kalau kaya gitu rencananya. “Setuju pak… asex….. Jemput aku ya pak”. Aku memang sudah seminggu ini kembali masuk sekolah dengan semester baru dan ukuran lopak baru. Hahaha. Abisnya selama tiga minggu liburan dan setiap tiga hari dalam seminggu aku selalu di genjot pistol perkasa milik pak Riza yang seorang polisi itu. Aku sudah tidak sakit lagi pas dia nusuk aku dan kini aku yang selalu minta jatah buat ngisep dan ditusuk kontol pak Riza. Aku yang tadinya malas buat turun kesekolah jadi bersemangat dan tanpa pikir panjang langsung tancep gas. Sebenarnya ada salah seorang kakak kelas yang aku taksir disekolah. Dia adalah cowok paling tampan di XI-IPS-2. Wajahnya manis dan alisnya tegas dan agak tebal. Bibirnya tidak terlalu merah dan memiliki postur tubuh sekitar 172 cm. Namanya adalah Ridho. Awalnya aku biasa-biasa aja dengannya karena aku pikir dia normal tetapi lama kelamaan aku akhirnya tahu kalau dia naksir juga sama aku. Coba kalian pikir, dia tuh kepergok curi-curi foto aku pas di perpustakaan. Aku pikir dia mengambil foto ruang perpus, eh ternyata dia ngambil foto aku. Lalu pas satu kepanitiaan dengannya saat ada acara perpisahan kelas XII dia sering sekali mencari-cari kesempatan buat berduaan denganku. Nganterin aku nyebarin undangan lah, belikan aku snack dan lain-lain. Dia perhatian paket sama aku. Tapi karena aku tetap harus jaim disekolah akhirnya aku hanya berusaha buat nutupin rasa suka aku padanya. Mungkin dilain waktu aku akan menceritakan kejadian dimana aku dan Ridho depertemukan saat kami sama-sama lulus. Malam hari dimulai dari sudut senja yang semakin mengecil hingga nol derajat dan berganti dengan gelapnya langit malam. Setelah makan malam aku putuskan untuk on line di facebook dan siapa tahu ada cowok ganteng yang ngajak aku kenalan. Ngarep.co.ml *** “Gak Sabar deh pingin Cpet-Cpet malam selasa. HOHOHO)”, itulah bunyi statusku di FB. Status begitu saja sudah banyak yang ngelike dan ngomentar. Komentarnya beragam dan aku jawab saja dengan jawaban yang agak menggantung biar mereka pada penasaran. Emangnya aku akan bilang ke publik kalau pak Riza mau ngentot aku malam selasa nanti? Ya nggak lah! Mampus gila kalau sampai hal itu terjadi. Tring! Sebuah inbox masuk dari akun bernama Satrio EweSome. “Hi bro…” “hi juga” “Nak mna, nih?” “Aq nak **********. Kmu?” “Dmananya Bray??? Aq nak *********** ” “****** sob” Chattingan pun berjalan seru. Dia adalah seorang pria dewasa berumur 26 tahun. Dia katanya suka lihat foto profilku dan akhirnya kami tukeran nomer handphone. Kak Satria orangnya baik dan enak diajak ngobrol. Semenjak malam itu aku dan dia sering telpon-telponan dan sms-an. Tapi jujur aku sebenarnya belum lihat foto aslinya di FB karena fotonya itu hanya sebuah pemandangan dan tak ada lagi foto lain. Aku akhirnya meminta dia buat ngirim foto lewat mms ke aku. Setelah aku bujuk dengan trik jitu, dia akhirnya mau mengirim foto aslinya ke aku. Wow! Wow! Wow! Wow!!!..... Mungkin iitulah kata yang terucap dari mulutku setelah menerima mms dari kak Satria. Dia begitu gagah dengan seragam coklat berpangkat bripda dan sedang duduk dimeja piket. Rambutnya disisir kesamping kanan dan bibirnya tebal namun tidak hitam tetapi agak merah. “Kakak ganteng paket. Tapi aku mau foto kakak saat ini. Foto saat kakak nelpon aku”. Tentu aja aku nggak bakalan begitu mudah percayanya dengan sebuah foto. Bisa aja dia ngambil foto orang di facebook. Tapi sekali lagi dia kirim foto ke aku dan kali ini dia sedang rebahan didepan TV dengan mengenakan kaos putih. “Masuk belum dek?”. “Udah kak. Ihhh, kakak keren paket. Kakak cakep paket!”, pujiku sesadar-sadarnya. “Kalau adek gak percaya, adek add aja fb asli kakak. Satria Hermawan”. Kak satria adalah seorang yang tampan dan tinggi besar. Tingginya 184 cm dan berat badannya sekitar 76 kg. Pada mulanya aku beranggapan kalau dia itu gendut, tapi ternyata beratnya yang segitu cukup proporsional dengan tinggi tubuhnya. Mimpi apa aku ini, bisa kenalan dengan seorang polisi. Hahaha… Besoknya aku add fb aslinya dan langsung dikonfirm. Benar aja, ternyata dia itu asli. Foto-foto dia saat bertugas dikantor atau saat dia dikos sangat banyak. Aku ambilin semuanya satu persatu. Aku nggak akan nyia-nyiain kesempatan ini. Selain foto-foto di facebook nya aku ambil, aku juga dapat kiriman mms foto eksklusive pas dia lagi mau mandi atau pas mau pakai baju. Ih, nggak nahan pengen meluk tubuhnya yang coklat muda itu dan tidur bareng kak Satria. Tubuhnya tidak terlalu kencang berotot tetapi tidak terlalu gemuk juga. Pokoknya pas deh kalau menurut aku. Aku dan kak Satria jadi sangat dekat dan kadang-kadang dia manggil aku sayang. Oh MG! Bruak! Pingsan dah rasanya… Beru sehari menjalin hubungan dengan kak Satria membuat aku lupa akan janji manis dengan pak Riza. Untung saja pas malam minggu pak Riza nelpon aku dang ngingetin aku supaya siap-siap buat malam selasa nanti. Jujur aku sekarang sedang berbunga-bunga karena aku sudah menjadi bagian dari dua orang polisi perkasa. Kalau dipikir-pikir aneh juga yah, kok bisa aku seberuntung ini. Jangan-jangan aku sedang bermimpi. Aw! Sakit ternyata setelah aku cubit lenganku sendiri. Kalau aku kangen dengan pak Riza biasanya aku minta pak Riza buat ngirim aku mms foto dia lagi telanjang. Berbekal foto-foto telanjang pak Riza, aku sering ngocok kontolku sendiri hingga muncrat. Kak Siska belum curiga kalau pak Riza ada hubungan spesial denganku. pak Riza pernah cerita ke aku kalau kak Siska gak mau ngisep punya dia. Kak Siska gak suka ngisep dan setiap kali ngentot kak Siska, pasti Cuma di memeknya aja. Kak Siska juga sering membiarkan pak Riza belum ngecret gara-gara kak Siska udah keluar duluan. pak Riza benar-benar tidak puas seratus persen dengan kak Siska namun kalau denganku pak Riza kayak orang kesetanan. Mentang-mentang dia lebih besar dari aku, maka dia seenaknya membolak-balik tubuhku dengan berbagai gaya. Untung aja aku enak juga, kalau aku gak enak mana mau aku di enjot sama pak Riza. Jadi gak sabar pengen dimasukin sama pistol raja milik pak Riza. *** Siang terik menurunkan mood kami untuk belajar fisika. Untung aku agak semangat kali ini karena nanti malam bakalan di tusuk sampai pagi oleh pak Riza. Bu Yanti orangnya ramah padaku, dan beliau adalah tipikal cewek idamanku, sebenarnya. Beliau Ramah, murah senyum, kalau ketawa terlihat malu-malu, pinter dana rambutnya panjang. Kalau dia mau sama aku, pasti aku akan sangat bahagia. Kok aku jadi ngelamunin wajah bu Yanti sih? Kan seharusnya aku ngelamuni wajah pak Riza. Kacau! Kacau! Pelajaran akhirnya selesai dan kami dipersilahkan pulang kerumah masing-masing. Bug! Seseorang terjatuh dibalik kelas. Suasana sudah sepi karena aku tadi habis ke kamar mandi dan cuci tangan lalu kembali kekelas untuk mengambil jaket dan tasku. Aku mendatangi orang itu. “Kak Ridho? Sedang Apa?”. Tubuhnya memang berisi karena kak Ridho adalah atlet lempar cakram dan volly di SMA ku. “Eh Haris. Ini aku mau kekantin. Tadi jatuh pas mau melangkah”. Ni cowok beneran nggak sih pengen kekantin. Perasaan kalau mau kekantin lebih dekat lewat ruang kelas XI dibanding lewat kelas X. “Kakak nggak apa-apa?”. Mencoba berbasa-basi dan tebar pesona sedikit. “Nggak. Aku nggak apa-apa. Kamu kok belum pulang Bay?”, tanya Kak Ridho sambil menatapku dengan senyuman mautnya yang terkenal itu. “Oh, aku tadi habis cuci tangan kak. Ni juga mau pulang”. Kalau arah rumah kami sama pasti aku akan nambahin kata, “Kakak mau pulang juga? Kita pulang bareng yuk!”. Tapi nyatanya rumah kami berlawanan arah. “Hati-hati ya Bay. Aku mau kekantin dulu soalnya laper paket nih”. “Iya kak. Duluan ya”. Aku beranjak pergi meninggalkannya. Sungguh aku tak percaya bahwa dia sangat perhatian padaku. Sungguh aku jadi geer dibuatnya. Sore ini aku sudah mandi dan mempersiapkan baju khusus yang berkain tipis agar aku nanti kedinginan dan bisa memeluk tubuh pak Riza erat-erat. Jam sudah menunjukan pukul 7:00 pm. pak Riza belum datang juga. Memang cukup jauh juga sih perjalanan dari tempat dia bertugas dengan tempatku tinggal. Jadi, aku harus berusaha bersabar dan menahan lopak pantatku yang udah gatel ini. Tit-tit-tit… Suara klakson motor didepan pagar rumahku. Sosok pria macho bercelana kain hitam, jaket kulit hitam, Helm biru dan motor matic hitam menyentuh pandangan mataku. Tak salah lagi, itu pak Riza sudah datang menjemputku. Buru-buru aku ambil helm dan naik keatas motornya. Aroma parfume cowok yang sangat aku suka menyeruak karena terbawa angin saat pak Riza mengendarai motornya. “Kok nggak peluk apak dek?”, tanya pak Riza. “Apak nggak takut dilihat orang?”. “Nggak bakalan ada yang tahu kok. Lagian cuek aja, kan kita pakai helm juga”. Bener juga apa kata pak Riza. Aku pun memeluk tubuh pak Riza yang gempal oleh otot itu dengan mesra. Makin hari aku makin sayang dengan pak Riza dan nggak rela rasanya kalau pak Riza ninggalin aku. “pak dinginnnn….”, rengekku manja. “Masukin tangan kamu kedalam kantong celana apak biar nggak dingin”. Ini dia yang aku mau dari tadi. Uh, enak rasanya ketika kedua tanganku masuk kedalam kantong celana pak Riza. Lho, kok kaya kulit? Jangan-jangan kantong celana pak Riza bolong. “Geli dek. Tengahin dikit dong biar ketemu pistol apak”. Goda pak Riza. Teryanta benar kalau kantong pak Riza itu bolong. Jadi sekarang aku sedang meraba pahanya. Gila! Ni bisa gawat. Kalau aku gak bisa ngendaliin tanganku terus ngocok kontol pak Riza sambil mengendarai motor gimana? Bisa nabrak kan? “Dek… Elus dong. Pegang pistol apak. Udah ngaceng tuh”. Iya loh, udah ngaceng. Gila pak Riza ini. Nekat paket pokoknya. Tapi aku juga gak sabaran sih sebenernya. Hehehe. Aku sisipkan tangan kananku kedalam CD-nya dan aku rogoh sebuah pistol hangat yang terbuat dari daging dan urat-urat itu. Pistol yang aku idam-idamkan kala malam dan aku bayangkan disaat rindu dengan pak Riza. Untung pakaian pak Riza berwarna hitam, jadi tidak terlalu mencolok ketika gundukan didalam celananya ngaceng kayak saat ini. Aku mulai elus-elus pelan dengan masih dalam keadaan gugup. Tapi aku nggak bisa nahan lebih lama lagi untuk ngocok kontol pak Riza dan akhirnya kejadian itu terjadi juga. Tanpa peduli dengan siapapun akhirnya aku mulai mengocok pelan kontol pak Riza. “Auhhhhhh Shhhhtttttt… Udahhhh Dekkkk aaakkkkkkhhhhhh apakggghhhh gak konsen nyetir nih.Betulin posisi punya apak, biar nggak kelihatan ngacengnya”. Pinta pak Riza karena sebetulnya kami sudah dekat dengan hotel tempat kami menginap malam ini. Aku betulkan posisi kontol pak Riza dan kemudian aku keluarkan tanganku dari kantongnya. Hotel yang kami maksud akhirnya sudah tampak. Setelah check in, pak Riza mengajak aku untuk cari makanan di luar. Aku sih nurut-nurut aja, kan malam ini tubuhku milik Briptu Riza seutuhnya. Mau dicium didepan umum sekalipun aku siap! Ya nggak lah… Emangnya aku mau masuk koran pagi edisi besok? “SEORANG POLISI TERTANGKAP KAMERA SEDANG MENCIUM PASANGAN SESAMA JENISNYA DIDEPAN UMUM”, atau, “HUBUNGAN SEJENIS POLISI DAN PELAJAR BERBUAH KISS-ROH”. Jangan sampai deh terjadi. pak Riza mengajakku untuk makan disalah satu warung sate langganannya. Tertera di daftar menu warung tersebut,”JUAL SATE AYAM, KELINCI, KAMBING DAN SATE KERANG”. Wah sate kambing nih, aku udah nebak kalau pak Riza bakalan mesan sate kambing. “Halo bos! Sate apa nih?”, tanya bapak pelayan warung yang sudah sangat akrab dengan pak Riza. “Kamu sate apa Bay?”, tanya pak Riza. “Emmmm… Sate ayam aja deh pak. Pake lontong”. “Sate ayam dan kambing satu porsi-satu porsi, pake lontong pak”, kata pak Riza. “Wah sate kambing nih. Istrimu mana Wan? Bisanya kan kamu kesini bareng istrimu?”, tanya bapak itu. “Istri saya lagi istrahat dirumah pak”. “Tunggu ya Wan”. Bapak itupun berlalu pergi untuk mengambil pesanan kami. “Dek, kenapa mesen sate ayam? Kan ada sate kambing…”, tanya pak Riza dengan sedikit berbisik kearahku. “Nggak suka ah pak. Ayam aja”. “Kan biar kuat nanti malam sama apak…”. pak Riza menunjukkan senyum nakalnya padaku. “Hahaha… apak juga kan yang nusuk aku, jadi apak aja yang butuh daging kambing”. Balasku dengan nada bercanda. Kami berdua tertawa bersamaaan. Tak lama kemudian dua piring sate telah terhidang dihadapan kami. Lontong beserta sambalnya di sajikan ditempat tersendiri. Sepuluh tusuk sate dihadapan kami begitu menggiurkan untuk segera mengisi perut kami yang sudah minta jatah. Selama makan kami sering bercanda-canda kecil dan sesekali pak Riza menggodaku dengan mengelus pahaku yang tersimpuh dibawah meja. Kami memang duduk lesehan dengan meja makan yang rendah jadi tidak akan terlihat oleh pengunjung lain. Selesai makan pak Riza mengajakku kembali kehotel. Diluar sana ternyata hari telah mendung dan benar saja tak lama kemudian gerimis mulai mengguyur kotaku. Memang mendukung sekali cuaca malam ini. Kan kalau dingin-dingin kaya gini paling enak buat pelukan. pak Riza segera menghidupkan motornya dan kami pun mulai menyusuri jalanan untuk segera sampai di hotel. Hujan sempat berbicara. Aku diam. Hujan tahu itu, bahwa aku ingin secepatnya sampai hotel. *** Trak! Bunyi kunci kamar yang pak Riza buka. Hotel yang pak Riza sewa kali ini tidak terlalu mewah tetapi cukup untuk kami bercumbu mesra. “Dek…”. Aku menoleh. “Muuuuuaaaccchhhhhhh….”. pak Riza langsung menyambar bibirku setelah dia mengunci kembali pintu kamar kami. Baju pak Riza terasa basah dan dingin namun tubuhnya terasa hangat mendekapku mesra. Aku membalas ciumannya yang sudah lama aku kangenin. Bibirnya masih sangat piawai memainkan bibirku dan lidahnya sangat lembut menyentuh lidahku. Aku sangat menikmati ciuman pak Riza dan pelan-pelan tanganku mulai membuka retsleting celana hitam pak Riza dan mengeluarkan pistol bulunya yang sudah mulai menegang. Pantesan ada yang aneh dari tadi, ternyata jembut pak Riza baru saja abis dicukur jadinya kayak kumis baru numbuh, kasar-kasar gimana gitu. Aku suka paket. Jadinya kayak ngelus-ngelus dagu Yama Carlos deh.. Hehehe… Kontol sepanjang 18 cm yang besar dan menantang itu, aku usap-usap kaya mengusap kepala kucing. Tuh kan, jadi gerak-gerak pistol pak Riza saking tegangnya. “Uhhhh dekkkkk Iseppppphhhh aahhhhh ohhhhh isepphhhh dekkkk”, rengek pak Riza. Tanpa disuruh pun aku akan isep pak, tapi tunggu dulu bentar. Aku mau bikin apak gelojotan dulu. Kini aku gerakkan kedua tanganku secara bergantian seperti memeras susu sapi namun dengan gerakan sangat lembut. “Ohhhhh sayanggghhhhh ssshhhhh uuuhhhhh auhhhh aaawwww aaahhhhh ohhhhh Bayyyyy ohhhhh Dahhhsssyyyatthhhhh Bayyyyy Ohhhh”. Rasain kamu pak. Kamu nggak tahu ya kalau aku ini jago paket dalam hal beginian? Ku lihat mata pak Riza terpejam dengan wajah yang menengadah keatas. Setelah puas aku manjain kontol gede milik pak Riza, aku menyuruh pak Riza mencopot kaos yang dikenakannya, kemudian melepas celana serta celana dalamnya sampai ia benar-benar bugil dan menunjukan tubuh gagahnya di depanku. Jantungku rasanya berdegub kencang, melihat pemandangan indah di depanku ini. Sosok seorang polisi berdiri telanjang bulat, mempertontonkan badannya yang kekar, tegap, dengan perut ratanya. Puting susunya cokelat kemerahan, badannya coklat muda dan menggairahkan, rambutnya cepak menambah kemachoan pak Riza ini. Kontolnya mengacung keatas karena sangat tegang, besar dan panjang. Sungguh aku ingin mengisap kontol itu sampai pagi dan meminum semua pejuh yang keluar dari dalam lupaknya. pak Riza mendekat ke arahku. pak Riza yang tinggi ini memegang pundakku dan membimbingku untuk duduk di pinggir tempat tidur. Setelah aku duduk, ia mendekatkan kontolnya ke mulutku. “Bay, isep dong sayang. Pistol apak sudah siap buat di sepong ama Haris nih”. “Apak …. Ahhhhhhh”. Bau kejantanan sang polisi itu menyeruak, aroma kejantanan yang khas tercium hidungku. Aku mulai memegang kontolnya dan untuk beberapa saat aku mencoba mengagumi pistol hebat milik pak Riza ini. Aku berfikir dalam hati, “Aduhhhh, mana ada wanita yang nolak kontol seindah milik pak Riza. Bentuknya kokoh dan besar. Mengacung keatas dan lurus seolah-olah menantang siapa saja untuk mencicipinya. Aku mulai lagi mengocok perlahan pistol raja milik pak Riza, memainkannya di depan mukaku. Kelamaan! Akhirnya aku menjilati kontol pak Riza. Pertama-tama kepala kontolnya yang besar dan lembut itu, lalu berlanjut ke batangnya, dan juga buah pelirnya. Aku ciumi jembut abis dicukur yang baunya membuatku semakin horny aja. Aku kocok kembali batang milik pak Riza kemudian aku jilatin seluruh permukaan kontol itu hingga mengkilap oleh liurku. Aku Menjilati lupak kencingnya dengan lembut kemudian mengoralnya. Hap! Masuk deh seluruh batang kejantanan pak Riza didalam mulutku. Aku sudah bisa mengatur posisi kontol itu didalam mulutku sehingga gak bakalan tersedak lagi kaya waktu pertama dimasukin kontol pak Riza. "Aaaaaaaaahhhhhh....! Yeeaaahhhh uuuhhhhhh shahhhhhhhhh Ohhh ohhh ohhhh uhhhh enakkkhhh Shhhaaayyyyangggg uhhhhh", desah pak Riza ketika batangnya aku kulum sambil kukocok. "Oh.... Ohhhh lagihhhh Bayyhhhhh aaaaauuuuuuhhhhh hhheeebbbaaattthhhhnyaaahhhh ssshhhtttt ssshhhhhhhaaahhhh", racaunya. Aku terus mengocoknya dan menyedot-nyedot kontol pak Riza seperti bayi kehausan. Aku mulai merasakan ada cairan asin keluar dari batang kemaluannya. Ini gak salah lagi,rasa precume yang menandakan nafsunya telah pakkit dan siap untuk ngegenjot lopakku yang udah kemat-kemot pengen ditusuk. Tangan kanan pak Riza memegang kepalaku, sesekali mengacak-ngacak rambutku, menekan-nekannya supaya kontolnya lebih masuk ke dalam mulutku. Beberapa kali aku sempat ingin muntah karena tekanan tangan pak Riza yang mencoba memasukkan kontolnya ke dalam mulutku lebih dalam. Kontolnya yang panjang telah merogoh tenggorokanku. Namun karena sudah terbiasa akhirnya aku nggak tersedak lagi. Aku jilat bagian atas kontol pak Riza lalu aku masukin didalam mulutku lalu aku isap maju mundur dengan ritme sedang dan ini udah cukup membuat pak Riza ngaceng berat. “Ah ahhh ahhh ohhh ohhh ohhhh Saynggghhhh oohhhhh bbbhhhaaayyyyyyuuuuu Oooohhhhhh aaahhhh ahhhh lagihhhh iseppphhhh auhhh awwwhhhhh ssshhhh ahhhhh oh oh oh ohhhh ohhhhh arggghhhhh ohhhh”. Beberapa menit melakukan oral seks. pak Riza memintaku untuk mencopot kaos yang aku kenakan, kemudian aku menghentikan oralan dan kocokanku pada kontol itu untuk beberapa saat. Baru saja aku mencopot kaos, pak Riza langsung membuka resleting celanaku, mencopot celana yang masih aku kenakan hingga aku telanjang. pak Riza memintaku untuk berbaring di kasur, kemudian dengan bergegas, ia meludahkan liurnya ketangan, mengoleskannya pada batang kemaluan kokoh miliknya dan mengangkat kakiku hingga ke pundaknya. pak Riza sudah nggak tahan pengen nusuk lopak pantatku. "aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaw................ auuuhhhhhhh pakghhhh aahhhhh dallleeemmminnnhhhh ooooohhhhhhh pak!" kataku padanya. Aku sudah sangat merindukan kebuasan enjotan pak Riza dilopak pantatku. "ohhhh yangggggkkkkhhhh uhhhhh mantaphhhhh paketssshhhaaahhhh ahhhh ahhhhh...!", racaunya sambil terus menekan batang kemaluannya untuk masuk ke dalam anusku. Akhirnya mentok deh batang gede itu didalam anusku. "Ohhhh aaaaaaaaaaaaaaawwww uuhhhhhh cobbblosh pakhhh ayuhhhh ayuh pakhhh ohhhh.....", desahku ketika kontolnya berhasil masuk ke lopakku dengan sempurna. pak Riza menghentikan aksinya sebentar, mengoleskan kembali ludah ke kontolnya dan menusukkan kembali batangnya ke dalam anusku. "Huuuhhhhhohhhhhh auhhhhh....pakhhhhhh shhaaahhhhh! Tahannnnn duluhhhh adekkhhh pengenhhh dih puter-puter uhhhhh shhhhhhtttt ahhhhh!", pintaku padanya. pak Riza tetap memaju mundurkankan kontolnya, dan plak! Plak! Plak! Batang kejantanan pak briptu itu dia masukan hingga separuh ke dalam anusku. Aku sempat memohon berkali-kali namun ia tidak menghiraukannya. pak Riza tahu kalau aku udah gak tahan pengen di bor habis-habisan untuk itu ia mendiamkannya beberapa saat sampai dirasa tenaganya cukup siap untuk menggenjotnya. Kemudian, pak Riza mulai menggerakkan kontolnya maju mundur menusuk-nusuk lupakku dengan keras. Sumpah kencang paket, sampai aku keenakan dibuatnya. "Ahhhhhh... yeeessss... ohhh ohhh ohhh aaahhhh ahhhhh apakhhhh sayanghhh kamuhhh dekhhhh uuhhhhhh enakhhh pakettthhhhh lopakhhhh adekhhhhh..... ohhhhhhhhh ohhh uhhh....”, desah pak Riza ketika mengentot anusku. Sementara aku yang keenakan, menahan rasa nikmat yang tiada tara, maklumlah pistol daging milik pak Riza ini begitu besar dan panjang. Baru kali ini, aku merasakan genjotan kontol yang begitu besar dan panjang serta bertenaga dari pak Riza yang jantan. "Aw aw aw aw ahhhh yeahhhh kencengh pakhhhh ihhhh pakhhh pakhhh pakhhh ahhhh uhhh ohhh lagihhhh.... awwwww... oooooh!", lengkuhku mengikuti irama entotan pak Riza. Kakiku diarahkan menekuk dan ditahan dadanya, kemudian ia kembali mengentotin aku. Semula gerakannya begitu halus dan aku mulai terbiasa dengan tusukan panasnya. Namun, setelah 15 menit berikutnya, tusukan pak Riza kian cepat dan keras gerakannya, hingga membuatku kebingungan dan kuwalahan meladeni nafsu polisi ini. Tubuhku lalu dimiringkannya, mungkin pak Riza ingin mengubah posisinya untuk mengentotku dengan gaya miring tanpa melepaskan kontolnya sedetikpun dari lopak pantatku. "Bhayyyyyuuuhhhh enakkkhhh kannn??? Aaahhhh ahhh ohhhh ohhhh ah ah ah ah ahhh ah!", desahnya sambil terus menggenjot lupakku. Beberapa menit telah berlalu, ia kembali mengajakku berganti gaya seks. Disuruhnya aku nungging dan ia mulai menggenjotku dari belakang. Aaaaaaaaaaaaaahhhhh... rasanya enak paket dengan gaya ini. Tusukan kontol pak Riza terasa menyentuh ususku. Aku sampai gak tahan ingin segera ngecret saat melakukannya. Baru beberapa menit, ia ubah kembali gaya bermainnya dengan berada di atas dan menindihku, karena ia tahu bahwa aku sangat suka ketika dientot dari belakang. Tubuhnya yang begitu berisi dan tegap berada di atasku. Tentu aja ini membuatku semakin bernafsu dan menikmati permainannya. Hampir satu jam telah berlalu dengan berbagai gaya posisi bercinta, namun ia tetap diam tanpa ada tanda-tanda ingin orgasme. Gila nih pak Riza. Pasti gara-gara sate kambing tadi. Sekarang ritme gerakan maju mundurnya pun tetap konsisten, hanya sesekali berhenti untuk membenarkan posisi dan kembali menusukku sehebat-hebatnya. Wow....Tak percuma pak Riza memiliki tubuh yang tegap dan kekar karena memang ia seorang pekerja keras terutama saat ngentot lupakku diatas ranjang. Permainan seksnya memang sangat kuat sampai-sampai aku mabuk kepayang dan nyerah-pasrah ditusuk pistol surga pak Riza. pak Riza menghentikan gerakannya, melumuri kontolnya dengan ludah kemudian mengoleskannya, dan menusukkan kembali kontolnya lebih dalam. "Auhhhh aaaaaaaaaaahhhhhh... pakghhhh iiiihhhh ihh ihhh aw awawwhhhhh! Terushhhh pakghhh dalam-dalamhhhahhhhh! Kontol apakhhh panjanghhh dhannn enakkhh paketssshhhh, nikmathhhh kalauhhh lebihhhh dalamhhhhaaahhh!", pintaku padanya. Nampaknya ia tahu apa yang aku rasakan, ia tetap mempertahankan kedalaman tusukan yang ia lakukan dan memberikan kenikmatan padaku. "Oooooh... yessshhh....! oooooh.... jepithhh Bayyy uhhhh apakhhh sukahhh lopakhh kamuhhh inihhh uhhh oh oh ohhhh...! jepit kontol apakhhhh! enakkkkhhh paketttt yankkkk uhhhh", racau pak Riza sambil terus mengentotiku tanpa ampun. “pakhhhh lagihhhh, uhhhh ohhhhhh apakhhhhh! Awwww! Aw aw!!!”. “Mauhhh gakhhh apakgggghhh genjhhootttt tiaphhh uuuhhhhhh ohhhhh malammhhhhhh ahhhh”. “Mauhhhhh uhhh ohhh pakhhhh!”. Dua jam sudah kami memuaskan birahi, namun belum juga puas pak Riza menggauliku. "Apakhhh lama paket malam inihhhh... dah sakit pegel pakethhhh nih lupakhhh adekkkk!" kataku padanya. Ternyataa, kata-kataku itu semakin membakar semangatnya untuk mengentoti lupakku, kemudian pak Riza beranjak mendekapku dengan lebih erat, mengelus-elus rambutku sambil memainkan pinggulnya. "Apakghhhh mauhhh puasin malamhhh inihhh main ama kamu sayank…" bisiknya singkat yang membuatku sangat senang. “Adekkkhhh jugahhhh aahhhhh ahhhh ssshhhaaaahhhhh mauhhhh puasinnnnhhhh apakhhhh uhhhhh Ohhhh… Kamuh sayang gakhhh ma apakhhh oohhhhh?”. “Sayanghhhhh paketttthhhhh pakhhhh ah ah ahhhh”. “Ohhhhhh lobnghhhhh kamuhhhh enakhhhh bayyy arggghhh ahhhhh ahhhhh”. “Tusukhhh dalemmminhhh pakhhh yeahhhh ahhhh”. “Nih ah ah ah ahhh ahhh ahhh ahhh ooohhhh oooohhhh ohhhhh ooohhhh aaawwwwhhhhhh ssshhhhiiittttaaahhhh”. “Uhhhh Mantephhh abngethhh pakggghhhh hamilinnn akuhhh awwwhhhh”. “iyahhhh dek…. Uhhhhh sumpahhhh enakhhh pakethhhh ahhhh ahh ahhhh”. “Enakan manah nsukhhh uhhhhh ohhhh adekh apah kak Siskahhh ahhhh awww!”. “Adekkhhhh dong yeahhh ahhh ahhhh ooohhhhh ooohhh”. Tiga jam sudah aku melayani pak Riza, membiarkannya mengentoti lupakku yang semakin terasa panas dibuatnya. Terkadang aku menggoyang-goyangkan pinggulku, memainkan sedikit sensasi untuk menambah gairah pak Riza. Ya, seorang polisi yang tak kusangka doyan lopak cowok ini terus memainkan kontolnya dalam anusku seolah-olah mata bor yang terbuat dari daging. "Oohhhh bayyyy...ahhhhh....ouuuhhhhhh...ahhhhh...!", desahnya. Kami memuaskan birahi malam itu, tanpa memperdulikan kak Siska yang sedang sendirian dirumah! Seakan-akan kami tidak ingin permainan itu selesai dengan singkat. pak Riza nan kekar itu terus mengentoti aku, membuatku pasrah akan aksi-aksinya. Hampir empat jam sudah aku dibuatnya melayang-layang oleh sodokan mautnya, meladeni nafsunya yang begitu dasyat bagaikan kuda arab. Tusukan pak Riza semakin menjadi-jadi dan aku sendiri yang akhirnya keteteran melayani pistol perkasa pak Riza. Gesekan antara lopak anusku dengan kontolnya semakin terasa dan kian panas. Sumpah panas paket! Mungkin karena pak Riza yang ngegenjotnya kaya jarum mesin jahit kali. Tubuh pak Riza semakin bercucuran keringat. Hentakan kontolnya semakin dalam dan dia mulai mengejang hebat. "Qooohhhhhhh.....aaaaaaaaaaaahhhhhhhh uhhhhhhhhh!”. Croooooooooooooooooooooooot.... croooooooooooooooot... crrroooottttttttt crroootttt! Tembakan air maninya bertubi-tubi di dalam anusku, disertai lengkuhan panjang pak Riza yang sedang ejakulasi. Mendekapku dengan keras, mencucurkan keringat deras dengan aroma tubuh kejantanannya yang mempesona. Ia telah mencapai puncak kenikmatan seksnya, setelah lebih dari empat jam memainkannya dalam lupak pantatku. Hangatnya pejuh pak Riza terasa mengalir kedalam ususku dan sebagian membanjiri lopak anusku. Plop! pak Riza mencabut kontolnya dan dia terbujur lunglai, kelelahan, setelah melakukan pertempuran dahsyat denganku malam ini. pak Riza berbaring di sebelahku sambil menghela nafas panjang. Gila bener pak Riza ini, setelah sekian lama bermain seks, kontolnya tetap tegak berdiri. Bener-bener luar biasa. pak Riza terlentang dengan mata terpejam, aku pun mendekatkan tubuhku padanya dan dia pun merangkulku dan memelukku. Sempat aku lihat jam di handphoneku sudah menujukkan pukul setengah dua pagi, dan kami pun tertidur pulas karena kecapekan setelah permainan yang hebat malam ini. Untung aku udah masangin alarm jam setengah lima pagi jadi aku bisa siap-siap buat pulang kerumah pagi ini. Aku pakunin pak Riza untuk segera mengantarku pulang. Aku nggak mau ibu sampai marah karena aku nggak masuk sekolah. “pak bangun… Adek harus sekolah nih”. Karena belum pakun-pakun juga aku akhirnya mengisap kontol pak Riza yang mulai tegang karena cuaca pagi dan ketika sudah tegang sempurna aku hentikan aksi itu. “Kok berhenti dek? Lagi dong sayang…”, pintanya. “Anterin Haris pulang pak. Cepet…”. “Ya udah. Aduuuhhh capek paket apak ini. Muaccchhh”. Dia pakkit dan mencium pipiku. Setelah cuci muka, dia mengenakan pakaian dan akhirnya mengantarku pulang. Aku benar-benar puas dengan enjotan pak Riza tadi malam. Lopakku mulai terasa ngilu karena doentot begitu dahsyat oleh pak Riza tadi malam. “Kenapa Bay? Kok jalan kamu begitu?”, tanya Winda di sekolah. “Aku sakit perut Nda. Salah makan kayaknya”. Padahal aku jalan membungkuk itu, karena merasa perih paket gara-gara dibor polisi pacarku tadi malam. Ohhhh pak Riza, pistol pak memang kualitas super!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar