Senin, 08 April 2013

game : cruising room

Daripada susah susah baca cerita binal atau bosen liat video bokep yang pemainnya itu itu aja, adek punya satu game flash yang pasti bikin abang abang jadi horny tujuh keliling. Game Cruising Room ini emang cocok buat abang yang lagi sendiri dan udah bosen dengan pelampiasan sehari-hari. Jelajahi seluruh ruangan dan temukan kisah menarik di setiap sudut ruangan.  Klik link dibawah untuk download game secara gratis dan jelajahi petualangan malam seru mu!


download Cruising Room gratis 

(buka adf.ly tunggu 5 detik dan klik lanjutkan / skip ad)


pistol gede pak riza

Huh! Sore ini disuruh turun kesekolahan lagi. Padahal aku malas paket buat nunjukin muka aku disekolah akhir-akhir ini. Bukan karena aku kepergok lagi ML atau kepergok lagi ciuman ama cowok tapi karena aku malas saja melihat wajah Irfan. Irfan Sujatmiko, adalah teman sekelasku. Dia selalu dekatin aku dan sikapnya terlalu terbuka kalau dia itu naksir aku. Walau pun tak ada teman-teman yang curiga, tapi tetap saja aku malas buat ngeliat mukanya yang agak sok itu. HP-ku berbunyi menandakan ada sms masuk. “pak Riza?”. Wah girang sekali aku rasanya dapat sms dari pacar gelapku ini. “Dek apak kangen pengen ML ma kamu. Kamu sekarang udah masuk sekolah sih, jadinya gak bisa berduaan dirumah lagi”. Aku balas sms pak Riza, “Gimana dong pak. Haris juga udah gak sabar pengen ngerasain pistol apak. Apak bisanya kapan nemuin aku lagi?”. “Hmmmpppp… Gimana kalau apak ngajak kamu jalan malam selasa nanti. Apak usahain buat jalan ma Haris. Gimana?”. Aku berfikir sejenak untuk mempertimpakkannya. “Apak katanya mau nusuk Haris, kalau jalan aja gimana mau nusuk aku?”. “Apakkan malam selasa bisa pulang ketempat apak. Tapi, apak gak pulang kerumah apak. Nah, apak rencananya bawa kamu nginap dihotel. Setuju nggak Bay?”. Tanpa ditanyapun aku akan langsung bilang setuju kalau kaya gitu rencananya. “Setuju pak… asex….. Jemput aku ya pak”. Aku memang sudah seminggu ini kembali masuk sekolah dengan semester baru dan ukuran lopak baru. Hahaha. Abisnya selama tiga minggu liburan dan setiap tiga hari dalam seminggu aku selalu di genjot pistol perkasa milik pak Riza yang seorang polisi itu. Aku sudah tidak sakit lagi pas dia nusuk aku dan kini aku yang selalu minta jatah buat ngisep dan ditusuk kontol pak Riza. Aku yang tadinya malas buat turun kesekolah jadi bersemangat dan tanpa pikir panjang langsung tancep gas. Sebenarnya ada salah seorang kakak kelas yang aku taksir disekolah. Dia adalah cowok paling tampan di XI-IPS-2. Wajahnya manis dan alisnya tegas dan agak tebal. Bibirnya tidak terlalu merah dan memiliki postur tubuh sekitar 172 cm. Namanya adalah Ridho. Awalnya aku biasa-biasa aja dengannya karena aku pikir dia normal tetapi lama kelamaan aku akhirnya tahu kalau dia naksir juga sama aku. Coba kalian pikir, dia tuh kepergok curi-curi foto aku pas di perpustakaan. Aku pikir dia mengambil foto ruang perpus, eh ternyata dia ngambil foto aku. Lalu pas satu kepanitiaan dengannya saat ada acara perpisahan kelas XII dia sering sekali mencari-cari kesempatan buat berduaan denganku. Nganterin aku nyebarin undangan lah, belikan aku snack dan lain-lain. Dia perhatian paket sama aku. Tapi karena aku tetap harus jaim disekolah akhirnya aku hanya berusaha buat nutupin rasa suka aku padanya. Mungkin dilain waktu aku akan menceritakan kejadian dimana aku dan Ridho depertemukan saat kami sama-sama lulus. Malam hari dimulai dari sudut senja yang semakin mengecil hingga nol derajat dan berganti dengan gelapnya langit malam. Setelah makan malam aku putuskan untuk on line di facebook dan siapa tahu ada cowok ganteng yang ngajak aku kenalan. Ngarep.co.ml *** “Gak Sabar deh pingin Cpet-Cpet malam selasa. HOHOHO)”, itulah bunyi statusku di FB. Status begitu saja sudah banyak yang ngelike dan ngomentar. Komentarnya beragam dan aku jawab saja dengan jawaban yang agak menggantung biar mereka pada penasaran. Emangnya aku akan bilang ke publik kalau pak Riza mau ngentot aku malam selasa nanti? Ya nggak lah! Mampus gila kalau sampai hal itu terjadi. Tring! Sebuah inbox masuk dari akun bernama Satrio EweSome. “Hi bro…” “hi juga” “Nak mna, nih?” “Aq nak **********. Kmu?” “Dmananya Bray??? Aq nak *********** ” “****** sob” Chattingan pun berjalan seru. Dia adalah seorang pria dewasa berumur 26 tahun. Dia katanya suka lihat foto profilku dan akhirnya kami tukeran nomer handphone. Kak Satria orangnya baik dan enak diajak ngobrol. Semenjak malam itu aku dan dia sering telpon-telponan dan sms-an. Tapi jujur aku sebenarnya belum lihat foto aslinya di FB karena fotonya itu hanya sebuah pemandangan dan tak ada lagi foto lain. Aku akhirnya meminta dia buat ngirim foto lewat mms ke aku. Setelah aku bujuk dengan trik jitu, dia akhirnya mau mengirim foto aslinya ke aku. Wow! Wow! Wow! Wow!!!..... Mungkin iitulah kata yang terucap dari mulutku setelah menerima mms dari kak Satria. Dia begitu gagah dengan seragam coklat berpangkat bripda dan sedang duduk dimeja piket. Rambutnya disisir kesamping kanan dan bibirnya tebal namun tidak hitam tetapi agak merah. “Kakak ganteng paket. Tapi aku mau foto kakak saat ini. Foto saat kakak nelpon aku”. Tentu aja aku nggak bakalan begitu mudah percayanya dengan sebuah foto. Bisa aja dia ngambil foto orang di facebook. Tapi sekali lagi dia kirim foto ke aku dan kali ini dia sedang rebahan didepan TV dengan mengenakan kaos putih. “Masuk belum dek?”. “Udah kak. Ihhh, kakak keren paket. Kakak cakep paket!”, pujiku sesadar-sadarnya. “Kalau adek gak percaya, adek add aja fb asli kakak. Satria Hermawan”. Kak satria adalah seorang yang tampan dan tinggi besar. Tingginya 184 cm dan berat badannya sekitar 76 kg. Pada mulanya aku beranggapan kalau dia itu gendut, tapi ternyata beratnya yang segitu cukup proporsional dengan tinggi tubuhnya. Mimpi apa aku ini, bisa kenalan dengan seorang polisi. Hahaha… Besoknya aku add fb aslinya dan langsung dikonfirm. Benar aja, ternyata dia itu asli. Foto-foto dia saat bertugas dikantor atau saat dia dikos sangat banyak. Aku ambilin semuanya satu persatu. Aku nggak akan nyia-nyiain kesempatan ini. Selain foto-foto di facebook nya aku ambil, aku juga dapat kiriman mms foto eksklusive pas dia lagi mau mandi atau pas mau pakai baju. Ih, nggak nahan pengen meluk tubuhnya yang coklat muda itu dan tidur bareng kak Satria. Tubuhnya tidak terlalu kencang berotot tetapi tidak terlalu gemuk juga. Pokoknya pas deh kalau menurut aku. Aku dan kak Satria jadi sangat dekat dan kadang-kadang dia manggil aku sayang. Oh MG! Bruak! Pingsan dah rasanya… Beru sehari menjalin hubungan dengan kak Satria membuat aku lupa akan janji manis dengan pak Riza. Untung saja pas malam minggu pak Riza nelpon aku dang ngingetin aku supaya siap-siap buat malam selasa nanti. Jujur aku sekarang sedang berbunga-bunga karena aku sudah menjadi bagian dari dua orang polisi perkasa. Kalau dipikir-pikir aneh juga yah, kok bisa aku seberuntung ini. Jangan-jangan aku sedang bermimpi. Aw! Sakit ternyata setelah aku cubit lenganku sendiri. Kalau aku kangen dengan pak Riza biasanya aku minta pak Riza buat ngirim aku mms foto dia lagi telanjang. Berbekal foto-foto telanjang pak Riza, aku sering ngocok kontolku sendiri hingga muncrat. Kak Siska belum curiga kalau pak Riza ada hubungan spesial denganku. pak Riza pernah cerita ke aku kalau kak Siska gak mau ngisep punya dia. Kak Siska gak suka ngisep dan setiap kali ngentot kak Siska, pasti Cuma di memeknya aja. Kak Siska juga sering membiarkan pak Riza belum ngecret gara-gara kak Siska udah keluar duluan. pak Riza benar-benar tidak puas seratus persen dengan kak Siska namun kalau denganku pak Riza kayak orang kesetanan. Mentang-mentang dia lebih besar dari aku, maka dia seenaknya membolak-balik tubuhku dengan berbagai gaya. Untung aja aku enak juga, kalau aku gak enak mana mau aku di enjot sama pak Riza. Jadi gak sabar pengen dimasukin sama pistol raja milik pak Riza. *** Siang terik menurunkan mood kami untuk belajar fisika. Untung aku agak semangat kali ini karena nanti malam bakalan di tusuk sampai pagi oleh pak Riza. Bu Yanti orangnya ramah padaku, dan beliau adalah tipikal cewek idamanku, sebenarnya. Beliau Ramah, murah senyum, kalau ketawa terlihat malu-malu, pinter dana rambutnya panjang. Kalau dia mau sama aku, pasti aku akan sangat bahagia. Kok aku jadi ngelamunin wajah bu Yanti sih? Kan seharusnya aku ngelamuni wajah pak Riza. Kacau! Kacau! Pelajaran akhirnya selesai dan kami dipersilahkan pulang kerumah masing-masing. Bug! Seseorang terjatuh dibalik kelas. Suasana sudah sepi karena aku tadi habis ke kamar mandi dan cuci tangan lalu kembali kekelas untuk mengambil jaket dan tasku. Aku mendatangi orang itu. “Kak Ridho? Sedang Apa?”. Tubuhnya memang berisi karena kak Ridho adalah atlet lempar cakram dan volly di SMA ku. “Eh Haris. Ini aku mau kekantin. Tadi jatuh pas mau melangkah”. Ni cowok beneran nggak sih pengen kekantin. Perasaan kalau mau kekantin lebih dekat lewat ruang kelas XI dibanding lewat kelas X. “Kakak nggak apa-apa?”. Mencoba berbasa-basi dan tebar pesona sedikit. “Nggak. Aku nggak apa-apa. Kamu kok belum pulang Bay?”, tanya Kak Ridho sambil menatapku dengan senyuman mautnya yang terkenal itu. “Oh, aku tadi habis cuci tangan kak. Ni juga mau pulang”. Kalau arah rumah kami sama pasti aku akan nambahin kata, “Kakak mau pulang juga? Kita pulang bareng yuk!”. Tapi nyatanya rumah kami berlawanan arah. “Hati-hati ya Bay. Aku mau kekantin dulu soalnya laper paket nih”. “Iya kak. Duluan ya”. Aku beranjak pergi meninggalkannya. Sungguh aku tak percaya bahwa dia sangat perhatian padaku. Sungguh aku jadi geer dibuatnya. Sore ini aku sudah mandi dan mempersiapkan baju khusus yang berkain tipis agar aku nanti kedinginan dan bisa memeluk tubuh pak Riza erat-erat. Jam sudah menunjukan pukul 7:00 pm. pak Riza belum datang juga. Memang cukup jauh juga sih perjalanan dari tempat dia bertugas dengan tempatku tinggal. Jadi, aku harus berusaha bersabar dan menahan lopak pantatku yang udah gatel ini. Tit-tit-tit… Suara klakson motor didepan pagar rumahku. Sosok pria macho bercelana kain hitam, jaket kulit hitam, Helm biru dan motor matic hitam menyentuh pandangan mataku. Tak salah lagi, itu pak Riza sudah datang menjemputku. Buru-buru aku ambil helm dan naik keatas motornya. Aroma parfume cowok yang sangat aku suka menyeruak karena terbawa angin saat pak Riza mengendarai motornya. “Kok nggak peluk apak dek?”, tanya pak Riza. “Apak nggak takut dilihat orang?”. “Nggak bakalan ada yang tahu kok. Lagian cuek aja, kan kita pakai helm juga”. Bener juga apa kata pak Riza. Aku pun memeluk tubuh pak Riza yang gempal oleh otot itu dengan mesra. Makin hari aku makin sayang dengan pak Riza dan nggak rela rasanya kalau pak Riza ninggalin aku. “pak dinginnnn….”, rengekku manja. “Masukin tangan kamu kedalam kantong celana apak biar nggak dingin”. Ini dia yang aku mau dari tadi. Uh, enak rasanya ketika kedua tanganku masuk kedalam kantong celana pak Riza. Lho, kok kaya kulit? Jangan-jangan kantong celana pak Riza bolong. “Geli dek. Tengahin dikit dong biar ketemu pistol apak”. Goda pak Riza. Teryanta benar kalau kantong pak Riza itu bolong. Jadi sekarang aku sedang meraba pahanya. Gila! Ni bisa gawat. Kalau aku gak bisa ngendaliin tanganku terus ngocok kontol pak Riza sambil mengendarai motor gimana? Bisa nabrak kan? “Dek… Elus dong. Pegang pistol apak. Udah ngaceng tuh”. Iya loh, udah ngaceng. Gila pak Riza ini. Nekat paket pokoknya. Tapi aku juga gak sabaran sih sebenernya. Hehehe. Aku sisipkan tangan kananku kedalam CD-nya dan aku rogoh sebuah pistol hangat yang terbuat dari daging dan urat-urat itu. Pistol yang aku idam-idamkan kala malam dan aku bayangkan disaat rindu dengan pak Riza. Untung pakaian pak Riza berwarna hitam, jadi tidak terlalu mencolok ketika gundukan didalam celananya ngaceng kayak saat ini. Aku mulai elus-elus pelan dengan masih dalam keadaan gugup. Tapi aku nggak bisa nahan lebih lama lagi untuk ngocok kontol pak Riza dan akhirnya kejadian itu terjadi juga. Tanpa peduli dengan siapapun akhirnya aku mulai mengocok pelan kontol pak Riza. “Auhhhhhh Shhhhtttttt… Udahhhh Dekkkk aaakkkkkkhhhhhh apakggghhhh gak konsen nyetir nih.Betulin posisi punya apak, biar nggak kelihatan ngacengnya”. Pinta pak Riza karena sebetulnya kami sudah dekat dengan hotel tempat kami menginap malam ini. Aku betulkan posisi kontol pak Riza dan kemudian aku keluarkan tanganku dari kantongnya. Hotel yang kami maksud akhirnya sudah tampak. Setelah check in, pak Riza mengajak aku untuk cari makanan di luar. Aku sih nurut-nurut aja, kan malam ini tubuhku milik Briptu Riza seutuhnya. Mau dicium didepan umum sekalipun aku siap! Ya nggak lah… Emangnya aku mau masuk koran pagi edisi besok? “SEORANG POLISI TERTANGKAP KAMERA SEDANG MENCIUM PASANGAN SESAMA JENISNYA DIDEPAN UMUM”, atau, “HUBUNGAN SEJENIS POLISI DAN PELAJAR BERBUAH KISS-ROH”. Jangan sampai deh terjadi. pak Riza mengajakku untuk makan disalah satu warung sate langganannya. Tertera di daftar menu warung tersebut,”JUAL SATE AYAM, KELINCI, KAMBING DAN SATE KERANG”. Wah sate kambing nih, aku udah nebak kalau pak Riza bakalan mesan sate kambing. “Halo bos! Sate apa nih?”, tanya bapak pelayan warung yang sudah sangat akrab dengan pak Riza. “Kamu sate apa Bay?”, tanya pak Riza. “Emmmm… Sate ayam aja deh pak. Pake lontong”. “Sate ayam dan kambing satu porsi-satu porsi, pake lontong pak”, kata pak Riza. “Wah sate kambing nih. Istrimu mana Wan? Bisanya kan kamu kesini bareng istrimu?”, tanya bapak itu. “Istri saya lagi istrahat dirumah pak”. “Tunggu ya Wan”. Bapak itupun berlalu pergi untuk mengambil pesanan kami. “Dek, kenapa mesen sate ayam? Kan ada sate kambing…”, tanya pak Riza dengan sedikit berbisik kearahku. “Nggak suka ah pak. Ayam aja”. “Kan biar kuat nanti malam sama apak…”. pak Riza menunjukkan senyum nakalnya padaku. “Hahaha… apak juga kan yang nusuk aku, jadi apak aja yang butuh daging kambing”. Balasku dengan nada bercanda. Kami berdua tertawa bersamaaan. Tak lama kemudian dua piring sate telah terhidang dihadapan kami. Lontong beserta sambalnya di sajikan ditempat tersendiri. Sepuluh tusuk sate dihadapan kami begitu menggiurkan untuk segera mengisi perut kami yang sudah minta jatah. Selama makan kami sering bercanda-canda kecil dan sesekali pak Riza menggodaku dengan mengelus pahaku yang tersimpuh dibawah meja. Kami memang duduk lesehan dengan meja makan yang rendah jadi tidak akan terlihat oleh pengunjung lain. Selesai makan pak Riza mengajakku kembali kehotel. Diluar sana ternyata hari telah mendung dan benar saja tak lama kemudian gerimis mulai mengguyur kotaku. Memang mendukung sekali cuaca malam ini. Kan kalau dingin-dingin kaya gini paling enak buat pelukan. pak Riza segera menghidupkan motornya dan kami pun mulai menyusuri jalanan untuk segera sampai di hotel. Hujan sempat berbicara. Aku diam. Hujan tahu itu, bahwa aku ingin secepatnya sampai hotel. *** Trak! Bunyi kunci kamar yang pak Riza buka. Hotel yang pak Riza sewa kali ini tidak terlalu mewah tetapi cukup untuk kami bercumbu mesra. “Dek…”. Aku menoleh. “Muuuuuaaaccchhhhhhh….”. pak Riza langsung menyambar bibirku setelah dia mengunci kembali pintu kamar kami. Baju pak Riza terasa basah dan dingin namun tubuhnya terasa hangat mendekapku mesra. Aku membalas ciumannya yang sudah lama aku kangenin. Bibirnya masih sangat piawai memainkan bibirku dan lidahnya sangat lembut menyentuh lidahku. Aku sangat menikmati ciuman pak Riza dan pelan-pelan tanganku mulai membuka retsleting celana hitam pak Riza dan mengeluarkan pistol bulunya yang sudah mulai menegang. Pantesan ada yang aneh dari tadi, ternyata jembut pak Riza baru saja abis dicukur jadinya kayak kumis baru numbuh, kasar-kasar gimana gitu. Aku suka paket. Jadinya kayak ngelus-ngelus dagu Yama Carlos deh.. Hehehe… Kontol sepanjang 18 cm yang besar dan menantang itu, aku usap-usap kaya mengusap kepala kucing. Tuh kan, jadi gerak-gerak pistol pak Riza saking tegangnya. “Uhhhh dekkkkk Iseppppphhhh aahhhhh ohhhhh isepphhhh dekkkk”, rengek pak Riza. Tanpa disuruh pun aku akan isep pak, tapi tunggu dulu bentar. Aku mau bikin apak gelojotan dulu. Kini aku gerakkan kedua tanganku secara bergantian seperti memeras susu sapi namun dengan gerakan sangat lembut. “Ohhhhh sayanggghhhhh ssshhhhh uuuhhhhh auhhhh aaawwww aaahhhhh ohhhhh Bayyyyy ohhhhh Dahhhsssyyyatthhhhh Bayyyyy Ohhhh”. Rasain kamu pak. Kamu nggak tahu ya kalau aku ini jago paket dalam hal beginian? Ku lihat mata pak Riza terpejam dengan wajah yang menengadah keatas. Setelah puas aku manjain kontol gede milik pak Riza, aku menyuruh pak Riza mencopot kaos yang dikenakannya, kemudian melepas celana serta celana dalamnya sampai ia benar-benar bugil dan menunjukan tubuh gagahnya di depanku. Jantungku rasanya berdegub kencang, melihat pemandangan indah di depanku ini. Sosok seorang polisi berdiri telanjang bulat, mempertontonkan badannya yang kekar, tegap, dengan perut ratanya. Puting susunya cokelat kemerahan, badannya coklat muda dan menggairahkan, rambutnya cepak menambah kemachoan pak Riza ini. Kontolnya mengacung keatas karena sangat tegang, besar dan panjang. Sungguh aku ingin mengisap kontol itu sampai pagi dan meminum semua pejuh yang keluar dari dalam lupaknya. pak Riza mendekat ke arahku. pak Riza yang tinggi ini memegang pundakku dan membimbingku untuk duduk di pinggir tempat tidur. Setelah aku duduk, ia mendekatkan kontolnya ke mulutku. “Bay, isep dong sayang. Pistol apak sudah siap buat di sepong ama Haris nih”. “Apak …. Ahhhhhhh”. Bau kejantanan sang polisi itu menyeruak, aroma kejantanan yang khas tercium hidungku. Aku mulai memegang kontolnya dan untuk beberapa saat aku mencoba mengagumi pistol hebat milik pak Riza ini. Aku berfikir dalam hati, “Aduhhhh, mana ada wanita yang nolak kontol seindah milik pak Riza. Bentuknya kokoh dan besar. Mengacung keatas dan lurus seolah-olah menantang siapa saja untuk mencicipinya. Aku mulai lagi mengocok perlahan pistol raja milik pak Riza, memainkannya di depan mukaku. Kelamaan! Akhirnya aku menjilati kontol pak Riza. Pertama-tama kepala kontolnya yang besar dan lembut itu, lalu berlanjut ke batangnya, dan juga buah pelirnya. Aku ciumi jembut abis dicukur yang baunya membuatku semakin horny aja. Aku kocok kembali batang milik pak Riza kemudian aku jilatin seluruh permukaan kontol itu hingga mengkilap oleh liurku. Aku Menjilati lupak kencingnya dengan lembut kemudian mengoralnya. Hap! Masuk deh seluruh batang kejantanan pak Riza didalam mulutku. Aku sudah bisa mengatur posisi kontol itu didalam mulutku sehingga gak bakalan tersedak lagi kaya waktu pertama dimasukin kontol pak Riza. "Aaaaaaaaahhhhhh....! Yeeaaahhhh uuuhhhhhh shahhhhhhhhh Ohhh ohhh ohhhh uhhhh enakkkhhh Shhhaaayyyyangggg uhhhhh", desah pak Riza ketika batangnya aku kulum sambil kukocok. "Oh.... Ohhhh lagihhhh Bayyhhhhh aaaaauuuuuuhhhhh hhheeebbbaaattthhhhnyaaahhhh ssshhhtttt ssshhhhhhhaaahhhh", racaunya. Aku terus mengocoknya dan menyedot-nyedot kontol pak Riza seperti bayi kehausan. Aku mulai merasakan ada cairan asin keluar dari batang kemaluannya. Ini gak salah lagi,rasa precume yang menandakan nafsunya telah pakkit dan siap untuk ngegenjot lopakku yang udah kemat-kemot pengen ditusuk. Tangan kanan pak Riza memegang kepalaku, sesekali mengacak-ngacak rambutku, menekan-nekannya supaya kontolnya lebih masuk ke dalam mulutku. Beberapa kali aku sempat ingin muntah karena tekanan tangan pak Riza yang mencoba memasukkan kontolnya ke dalam mulutku lebih dalam. Kontolnya yang panjang telah merogoh tenggorokanku. Namun karena sudah terbiasa akhirnya aku nggak tersedak lagi. Aku jilat bagian atas kontol pak Riza lalu aku masukin didalam mulutku lalu aku isap maju mundur dengan ritme sedang dan ini udah cukup membuat pak Riza ngaceng berat. “Ah ahhh ahhh ohhh ohhh ohhhh Saynggghhhh oohhhhh bbbhhhaaayyyyyyuuuuu Oooohhhhhh aaahhhh ahhhh lagihhhh iseppphhhh auhhh awwwhhhhh ssshhhh ahhhhh oh oh oh ohhhh ohhhhh arggghhhhh ohhhh”. Beberapa menit melakukan oral seks. pak Riza memintaku untuk mencopot kaos yang aku kenakan, kemudian aku menghentikan oralan dan kocokanku pada kontol itu untuk beberapa saat. Baru saja aku mencopot kaos, pak Riza langsung membuka resleting celanaku, mencopot celana yang masih aku kenakan hingga aku telanjang. pak Riza memintaku untuk berbaring di kasur, kemudian dengan bergegas, ia meludahkan liurnya ketangan, mengoleskannya pada batang kemaluan kokoh miliknya dan mengangkat kakiku hingga ke pundaknya. pak Riza sudah nggak tahan pengen nusuk lopak pantatku. "aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaw................ auuuhhhhhhh pakghhhh aahhhhh dallleeemmminnnhhhh ooooohhhhhhh pak!" kataku padanya. Aku sudah sangat merindukan kebuasan enjotan pak Riza dilopak pantatku. "ohhhh yangggggkkkkhhhh uhhhhh mantaphhhhh paketssshhhaaahhhh ahhhh ahhhhh...!", racaunya sambil terus menekan batang kemaluannya untuk masuk ke dalam anusku. Akhirnya mentok deh batang gede itu didalam anusku. "Ohhhh aaaaaaaaaaaaaaawwww uuhhhhhh cobbblosh pakhhh ayuhhhh ayuh pakhhh ohhhh.....", desahku ketika kontolnya berhasil masuk ke lopakku dengan sempurna. pak Riza menghentikan aksinya sebentar, mengoleskan kembali ludah ke kontolnya dan menusukkan kembali batangnya ke dalam anusku. "Huuuhhhhhohhhhhh auhhhhh....pakhhhhhh shhaaahhhhh! Tahannnnn duluhhhh adekkhhh pengenhhh dih puter-puter uhhhhh shhhhhhtttt ahhhhh!", pintaku padanya. pak Riza tetap memaju mundurkankan kontolnya, dan plak! Plak! Plak! Batang kejantanan pak briptu itu dia masukan hingga separuh ke dalam anusku. Aku sempat memohon berkali-kali namun ia tidak menghiraukannya. pak Riza tahu kalau aku udah gak tahan pengen di bor habis-habisan untuk itu ia mendiamkannya beberapa saat sampai dirasa tenaganya cukup siap untuk menggenjotnya. Kemudian, pak Riza mulai menggerakkan kontolnya maju mundur menusuk-nusuk lupakku dengan keras. Sumpah kencang paket, sampai aku keenakan dibuatnya. "Ahhhhhh... yeeessss... ohhh ohhh ohhh aaahhhh ahhhhh apakhhhh sayanghhh kamuhhh dekhhhh uuhhhhhh enakhhh pakettthhhhh lopakhhhh adekhhhhh..... ohhhhhhhhh ohhh uhhh....”, desah pak Riza ketika mengentot anusku. Sementara aku yang keenakan, menahan rasa nikmat yang tiada tara, maklumlah pistol daging milik pak Riza ini begitu besar dan panjang. Baru kali ini, aku merasakan genjotan kontol yang begitu besar dan panjang serta bertenaga dari pak Riza yang jantan. "Aw aw aw aw ahhhh yeahhhh kencengh pakhhhh ihhhh pakhhh pakhhh pakhhh ahhhh uhhh ohhh lagihhhh.... awwwww... oooooh!", lengkuhku mengikuti irama entotan pak Riza. Kakiku diarahkan menekuk dan ditahan dadanya, kemudian ia kembali mengentotin aku. Semula gerakannya begitu halus dan aku mulai terbiasa dengan tusukan panasnya. Namun, setelah 15 menit berikutnya, tusukan pak Riza kian cepat dan keras gerakannya, hingga membuatku kebingungan dan kuwalahan meladeni nafsu polisi ini. Tubuhku lalu dimiringkannya, mungkin pak Riza ingin mengubah posisinya untuk mengentotku dengan gaya miring tanpa melepaskan kontolnya sedetikpun dari lopak pantatku. "Bhayyyyyuuuhhhh enakkkhhh kannn??? Aaahhhh ahhh ohhhh ohhhh ah ah ah ah ahhh ah!", desahnya sambil terus menggenjot lupakku. Beberapa menit telah berlalu, ia kembali mengajakku berganti gaya seks. Disuruhnya aku nungging dan ia mulai menggenjotku dari belakang. Aaaaaaaaaaaaaahhhhh... rasanya enak paket dengan gaya ini. Tusukan kontol pak Riza terasa menyentuh ususku. Aku sampai gak tahan ingin segera ngecret saat melakukannya. Baru beberapa menit, ia ubah kembali gaya bermainnya dengan berada di atas dan menindihku, karena ia tahu bahwa aku sangat suka ketika dientot dari belakang. Tubuhnya yang begitu berisi dan tegap berada di atasku. Tentu aja ini membuatku semakin bernafsu dan menikmati permainannya. Hampir satu jam telah berlalu dengan berbagai gaya posisi bercinta, namun ia tetap diam tanpa ada tanda-tanda ingin orgasme. Gila nih pak Riza. Pasti gara-gara sate kambing tadi. Sekarang ritme gerakan maju mundurnya pun tetap konsisten, hanya sesekali berhenti untuk membenarkan posisi dan kembali menusukku sehebat-hebatnya. Wow....Tak percuma pak Riza memiliki tubuh yang tegap dan kekar karena memang ia seorang pekerja keras terutama saat ngentot lupakku diatas ranjang. Permainan seksnya memang sangat kuat sampai-sampai aku mabuk kepayang dan nyerah-pasrah ditusuk pistol surga pak Riza. pak Riza menghentikan gerakannya, melumuri kontolnya dengan ludah kemudian mengoleskannya, dan menusukkan kembali kontolnya lebih dalam. "Auhhhh aaaaaaaaaaahhhhhh... pakghhhh iiiihhhh ihh ihhh aw awawwhhhhh! Terushhhh pakghhh dalam-dalamhhhahhhhh! Kontol apakhhh panjanghhh dhannn enakkhh paketssshhhh, nikmathhhh kalauhhh lebihhhh dalamhhhhaaahhh!", pintaku padanya. Nampaknya ia tahu apa yang aku rasakan, ia tetap mempertahankan kedalaman tusukan yang ia lakukan dan memberikan kenikmatan padaku. "Oooooh... yessshhh....! oooooh.... jepithhh Bayyy uhhhh apakhhh sukahhh lopakhh kamuhhh inihhh uhhh oh oh ohhhh...! jepit kontol apakhhhh! enakkkkhhh paketttt yankkkk uhhhh", racau pak Riza sambil terus mengentotiku tanpa ampun. “pakhhhh lagihhhh, uhhhh ohhhhhh apakhhhhh! Awwww! Aw aw!!!”. “Mauhhh gakhhh apakgggghhh genjhhootttt tiaphhh uuuhhhhhh ohhhhh malammhhhhhh ahhhh”. “Mauhhhhh uhhh ohhh pakhhhh!”. Dua jam sudah kami memuaskan birahi, namun belum juga puas pak Riza menggauliku. "Apakhhh lama paket malam inihhhh... dah sakit pegel pakethhhh nih lupakhhh adekkkk!" kataku padanya. Ternyataa, kata-kataku itu semakin membakar semangatnya untuk mengentoti lupakku, kemudian pak Riza beranjak mendekapku dengan lebih erat, mengelus-elus rambutku sambil memainkan pinggulnya. "Apakghhhh mauhhh puasin malamhhh inihhh main ama kamu sayank…" bisiknya singkat yang membuatku sangat senang. “Adekkkhhh jugahhhh aahhhhh ahhhh ssshhhaaaahhhhh mauhhhh puasinnnnhhhh apakhhhh uhhhhh Ohhhh… Kamuh sayang gakhhh ma apakhhh oohhhhh?”. “Sayanghhhhh paketttthhhhh pakhhhh ah ah ahhhh”. “Ohhhhhh lobnghhhhh kamuhhhh enakhhhh bayyy arggghhh ahhhhh ahhhhh”. “Tusukhhh dalemmminhhh pakhhh yeahhhh ahhhh”. “Nih ah ah ah ahhh ahhh ahhh ahhh ooohhhh oooohhhh ohhhhh ooohhhh aaawwwwhhhhhh ssshhhhiiittttaaahhhh”. “Uhhhh Mantephhh abngethhh pakggghhhh hamilinnn akuhhh awwwhhhh”. “iyahhhh dek…. Uhhhhh sumpahhhh enakhhh pakethhhh ahhhh ahh ahhhh”. “Enakan manah nsukhhh uhhhhh ohhhh adekh apah kak Siskahhh ahhhh awww!”. “Adekkhhhh dong yeahhh ahhh ahhhh ooohhhhh ooohhh”. Tiga jam sudah aku melayani pak Riza, membiarkannya mengentoti lupakku yang semakin terasa panas dibuatnya. Terkadang aku menggoyang-goyangkan pinggulku, memainkan sedikit sensasi untuk menambah gairah pak Riza. Ya, seorang polisi yang tak kusangka doyan lopak cowok ini terus memainkan kontolnya dalam anusku seolah-olah mata bor yang terbuat dari daging. "Oohhhh bayyyy...ahhhhh....ouuuhhhhhh...ahhhhh...!", desahnya. Kami memuaskan birahi malam itu, tanpa memperdulikan kak Siska yang sedang sendirian dirumah! Seakan-akan kami tidak ingin permainan itu selesai dengan singkat. pak Riza nan kekar itu terus mengentoti aku, membuatku pasrah akan aksi-aksinya. Hampir empat jam sudah aku dibuatnya melayang-layang oleh sodokan mautnya, meladeni nafsunya yang begitu dasyat bagaikan kuda arab. Tusukan pak Riza semakin menjadi-jadi dan aku sendiri yang akhirnya keteteran melayani pistol perkasa pak Riza. Gesekan antara lopak anusku dengan kontolnya semakin terasa dan kian panas. Sumpah panas paket! Mungkin karena pak Riza yang ngegenjotnya kaya jarum mesin jahit kali. Tubuh pak Riza semakin bercucuran keringat. Hentakan kontolnya semakin dalam dan dia mulai mengejang hebat. "Qooohhhhhhh.....aaaaaaaaaaaahhhhhhhh uhhhhhhhhh!”. Croooooooooooooooooooooooot.... croooooooooooooooot... crrroooottttttttt crroootttt! Tembakan air maninya bertubi-tubi di dalam anusku, disertai lengkuhan panjang pak Riza yang sedang ejakulasi. Mendekapku dengan keras, mencucurkan keringat deras dengan aroma tubuh kejantanannya yang mempesona. Ia telah mencapai puncak kenikmatan seksnya, setelah lebih dari empat jam memainkannya dalam lupak pantatku. Hangatnya pejuh pak Riza terasa mengalir kedalam ususku dan sebagian membanjiri lopak anusku. Plop! pak Riza mencabut kontolnya dan dia terbujur lunglai, kelelahan, setelah melakukan pertempuran dahsyat denganku malam ini. pak Riza berbaring di sebelahku sambil menghela nafas panjang. Gila bener pak Riza ini, setelah sekian lama bermain seks, kontolnya tetap tegak berdiri. Bener-bener luar biasa. pak Riza terlentang dengan mata terpejam, aku pun mendekatkan tubuhku padanya dan dia pun merangkulku dan memelukku. Sempat aku lihat jam di handphoneku sudah menujukkan pukul setengah dua pagi, dan kami pun tertidur pulas karena kecapekan setelah permainan yang hebat malam ini. Untung aku udah masangin alarm jam setengah lima pagi jadi aku bisa siap-siap buat pulang kerumah pagi ini. Aku pakunin pak Riza untuk segera mengantarku pulang. Aku nggak mau ibu sampai marah karena aku nggak masuk sekolah. “pak bangun… Adek harus sekolah nih”. Karena belum pakun-pakun juga aku akhirnya mengisap kontol pak Riza yang mulai tegang karena cuaca pagi dan ketika sudah tegang sempurna aku hentikan aksi itu. “Kok berhenti dek? Lagi dong sayang…”, pintanya. “Anterin Haris pulang pak. Cepet…”. “Ya udah. Aduuuhhh capek paket apak ini. Muaccchhh”. Dia pakkit dan mencium pipiku. Setelah cuci muka, dia mengenakan pakaian dan akhirnya mengantarku pulang. Aku benar-benar puas dengan enjotan pak Riza tadi malam. Lopakku mulai terasa ngilu karena doentot begitu dahsyat oleh pak Riza tadi malam. “Kenapa Bay? Kok jalan kamu begitu?”, tanya Winda di sekolah. “Aku sakit perut Nda. Salah makan kayaknya”. Padahal aku jalan membungkuk itu, karena merasa perih paket gara-gara dibor polisi pacarku tadi malam. Ohhhh pak Riza, pistol pak memang kualitas super!

pistol pak riza

Haris, orang biasanya memanggilku. Namun ada sebagian temanku yang memanggil namaku dengan sebutan Ayu. Dia kira aku cewek apa? Dasar mereka itu. Rada nggak nyaman juga sih di panggil Ayu. Abisnya teman-temanku yang lain jadi ikut- ikutan memanggil namaku Ayu. Biasanya aku tidak langsung menoleh kalau ada orang yang memanggilku namaku Ayu tetapi kalau nggak menoleh pasti aku langsung dibilang sombong lah, belagu lah, sok cakep lah. Huuh! Padahal aku memang cakep. Hehehe… Beruntung sekali hidupku ini. Walau ekonomi orang tuaku bisa dibilang pas-pasan namun aku tetap bisa melanjutkan sekolah disalah satu Sekolah Menengah Atas Negeri dikotaku. Di bidang akademis pun aku selalu masuk lima besar dikelas dan sering mewakili sekolah dalam berbagai olimpiade sains. Pinter banget kan aku? Hehehe… Kalau berbicara mengenai tampang, sungguh tidak usah diragukan lagi. Banyak cewek- cewek ataupun cowok yang klepek-klepek padaku. Kata mereka aku ini memiliki wajah yang manis dan mirip seperti aktor korea namun aku lupa namanya. Hanya saja tubuhku kurang tinggi. Tubuhku perlu 10 cm lagi untuk bisa menyentuh 170 cm. Perawakanku pun ramping namun otot-ototku lumayan ada karena aku sering membantu ayah dikebun, menimba air, mengangkat barang-barang dan lain-lain. Tapi karena aku yang hampir sempurna inilah, kadang menjadi ketidak nyamananku. Pernah seorang cewek dia kakak kelasku, saat itu aku masih kelas X-5 dan kakak kelasku itu duduk di XII-IPS-7, naksir aku. Aku kan masih segan untuk macarin dia. Akhirnya aku tolak secara lembut, namun dia tidak terima dan berbalik membenciku. Sejak kejadian penolakan itu, dia menjadi dingin padaku bahkan untuk sekedar membalas sapaanku saja dia tidak mau. Beginilah nasib jadi diriku, serba salah. Walaupun aku ini sadar bahwa aku memiliki daya pikat ekstra untuk menjadi Gay namun aku tidak mau menunjukan sisi itu didalam hidupku. Banyak teman-teman sekelasku dan kakak- kakak kelasku yang cowok naksir padaku namun aku tetap harus menjaga reputasiku sebagai cowok idola para cewek. Gila aja kalau sampai aku ketahuan punya pacar cowok, bisa-bisa para gadis jadi jijik terhadapku. Amit-amit… Pernah nggak kalian berfikir disaat kalian memikirkan apa yang orang lain pikirkan ternyata orang itu juga memikirkan apa yang kamu pikirkan? Seperti perkiraan yang sama. Mungkin inilah yang menjadi awal ceritaku. Entah dari mana asal usulnya aku bisa kenal Bang Riza yang meiliki nama lengkap Suwando Hairul Aji yang merupakan anggota kepolisian didaerahku. Dia berpangkat briptu. Aku menanyakan kepada orang tuaku tentang siapa bang Riza itu. Mungkin harus aku jelaskan kayaknya biar lebih jelas dari mana asalnya bang Riza bisa memiliki hubungan keluarga dengan kami. Ayahnya kakekku memiliki saudara lelaki. Saudaranya ayah kakek ini memiliki cucu perempuan bernama kak Siska yang berprofesi sebagai seorang bidan. Nah bang Riza adalah suami dari kak Siska. Aku tidak terlalu kenal dengan kak Siska namun aku kenal dengan ayah kak Siska yang sering mengunjungi kakekku. Saat itu kak Siska ditugaskan sebagai bidan di puskesmas dikecamatan kami. Jarak antara rumah kak Siska dengan puskesmas cukup jauh dan dia masih pulang pergi dari rumahnya ke puskesmas untuk bertugas. Saat itu memang kak Siska sedang hamil muda. Dia mengandung anak pertamanya dengan bang Riza. Mungkin karena alasan itulah bang Riza sering mengantarkannya dari rumah ke puskesmas. Aku juga tidak paham dengan jam kerja dipolsek yang bang Riza tempati karena dia biasanya selama beberapa hari bisa mengantarkan kak Siska bertugas. Jika dia mengantarkan kak Siska dinas maka dia biasanya menunggu kak Siska selesai dinas dirumahku. Aaaadddduuuhhhh… ribet banget ya ceritaku. Pokoknya bang Riza berduan dengan aku dirumah kalau beliau menunggu kak Siska pulang. Nah, lho! Kebetulan kami sedang liburan semester. Aku ingat sekali hari itu, hari sabtu. Aku tidak menyangka bahwa pagi itu aku akan kedatangan tamu gagah, tampan dan sekeren bang Riza. Aku yang baru selesai menjemur cucian sepatu mendengar ada suara ketukan pintu dari luar. “Tunggu sebentar…”. Aku buru-buru masuk dari pintu dapur dan membukakan pintu untuk tamuku pagi ini. Sesosok tubuh perkasa dengan mengenakan kaos hitam dan celana jins biru memukau mataku. Dia tersenyum ramah dan aku hampir saja mematung memandangi pria gagah itu. “Ini benar rumahnya bu Nunu?”. Dia bertanya padaku. Ditangannya terdapat jaket hitam yang tampaknya baru dia lepaskan dari tubuh berototnya. “Ya, ini rumah bu Nunu. Abang siapa ya?”. “Oh, aku Riza suaminya kak Siska. Bu Nununya ada?”. Ibuku tadi pagi sebelum berangkat kesekolah untuk bertugas sebagai staf tata usaha di Sekolah Dasar Negeri di dekat rumahku berpesan bahwa nanti ada suami kak Siska yang akan singgah kerumah kami dan dia akan berada dirumahku sampai kak Siska pulang bertugas. Pada awalnya aku dingin saja mendengar pesan ibuku tersebut karena aku belum kenal dengan suami kak Siska. Tapi setelah aku melihat dengan penuh kekaguman akan sosok yang berdiri didepan pintu rumahku saat ini, maka rasanya aku langsung ingin berteriak kegirangan. “Ibu lagi di sekolah bang. Silahkan masuk dulu aja, bang”. Aku mempersilahkan bang Riza masuk rumah. Sudah biasa bagi aku tinggal sendirian dirumah. Ayah kerja dipabrik minyak goreng sedangkan ibu bertugas. Maklum aku anak semata wayang dari orangtuaku. “Abang sudah sarapan?”, tanyaku berbasa basi. “Udah tadi, dek. Sebelum nganterin kakakmu dinas”, jawabnya ramah sambil duduk dikursi tamu. Aduh aku dipanggil adek oleh dia. Benar-benar bikin aku salah tingkah jadinya. “Aku mau makan dulu ya bang. Abang masuk keruang tengah aja sambil nonton TV”. Bang Riza aku suruh masuk keruang tengah lalu aku nyalakan televisi. Jujur aku tidak konsentrasi sarapan, karena pikiranku masih tertuju pada bang Riza yang duduk di ruang tengah. Hari itu aku ngobrol banyak dengan bang Riza. Kami tukaran nomor HP dan kalau malam kami sering sms-an bahkan kami juga sering chattingan di Facebook. Aku sangat senang kenal dengan dia. Aku jadi tidak sabar untuk menunggu hari kamis depan karena bang Riza bisa mengantar kak Siska hanya pada hari kamis hingga sabtu. Tentunya setelah mengantar kak Siska dinas bang Riza akan mampir ketempatku. Hari kamis pun tiba. Aku sudah mempersiapkan segala cara agar aku bisa mengajak dia masuk kedalam kamarku. Sebenarnya aku curiga pada bang Riza karena dia benar-benar beda dalam memperlakukan aku, baik dari gaya chattingan atau sms-nya. Apakah bang Riza Biseks? Semoga saja benar dugaanku. Aku sudah mempersiapkan sebuah rencana. Sekitar jam setengah delapan, bang Wandoku tersayang akhirnya tiba dirumah kami. Dia tampak gagah dengan mengenakan baju kaos berwarna abu-abu. Setelah aku ngobrol panjang lebar dengan bang Riza akhirnya aku mulai menjalankan rencanaku. “Abang bawa pistol?”, tanyaku pada bang Riza setelah melihat sepucuk pistol dibalik bajunya. “Iya Har. Untuk jaga-jaga saja. Lagian ini juga cuma ada dua pelurunya”. Ini orang maksudnya apa? Kok dia bilang pistolnya cuma dua pelurunya? Jangan-jangan maksudnya pistol yang… “Pasti tembakan abang jitu tuh. Kan pelurunya cuma dua biji. Boleh lihat nggak bang?”. Aku mulai memancing. Dia menoleh kearah pintu luar. Untunglah pintu aku tutup dan letak ruang tengah dengan ruang tamu terpisah oleh dinding. “Bener kamu mau lihat Har? Jangan dielus ya pistolnya, takutnya nanti pelurunya nyasar”. Bang Riza senyum penuh arti padaku. Ini orang memang pengen dimuncratin ternyata. “Gak bakalan dielus kok bang, paling dibelai-belai aja. Heheheh”. Bang wando menyingkap bajunya dan mengeluarkan pistol polisi tersebut lalu dia berikan padaku. “Abang pernah nembak penjahat nggak pake pistol ini?”. “Abang sering nembak cewek pake pistol abang itu. Pistol abang sudah lama lho nggak dipakai buat nembak. Ada sebulanan udah”. “Kenapa bang?”, pancingku. “Kan nggak ada yang pengen ditembak. Hahaha”. Aku melihat kearah selangkangannya yang mulai mengeras. Aku akhirnya tahu ternyata pistol yang dia omongin dari tadi adalah pistol berbulu miliknya. “Kalau aku mau ditembak pakai pistol abang gimana?”. “Beneran kamu mau, Har?”, tanya dia sumbringah. Kena kamu bang. “Beneran… Tapi pura-pura saja ya”. “Har, maksud abang pistol abang yang ini pengen nembak kamu”. Dia menggenggam pistol yang sudah tegang dibalik celana jinsnya. “Abang nakal ih. Kan pistol abang yang itu gak ada pelurunya”, godaku lagi untuk membuat dia semakin terdorong nafsu. “Ada dong Har. Kamu mau nggak abang tembak pakai pistol abang ini? Coba kamu lihat dulu biar kamu bisa tahu bahwa pistol abang ini bukan pistol sembarangan”, bujuknya. Aku melepas pistol yang sedari tadi kurang aku perhatikan dan langsung merogoh tonjolan dibalik celana bang Riza. OMG, ini bukan pistol biasa. Ini pistol gede banget. “Ini pistol bang? Gede banget rasanya. Takut ah bang”. Aku tahu dia sudah sangat terangsang. “Takut kenapa dek? Abangkan nembaknya penuh perasaan, jadi gak perlu takut. Coba kamu lihat dulu sebentar, baru kamu boleh takut”. Dia membuka retsleting celananya dan mengeluarkan pistol besar milik pribadi itu. Aku tercengang melihat ukurannya yang hampir sebesar terong ungu itu. Melihatnya saja aku sudah meneguk ludah apalagi mencicipinya. “Gimana Har? Maukan abang tembak?”. Tanpa menunggu persetujuan dari aku, bang Riza langsung menggapai tanganku dan menyuruhku menggenggam pistol bulunya. Hangat… Besar… Berurat.. Coklat… Hap! Bang Riza langsung mendorong bagian belakang kepalaku untuk mendekat kearah kontolnya yang berukuran 23 cm itu lalu kontol yang mengacung keatas tersebut akhirnya masuk kedalam rongga mulutku. Ini benar-benar sangat mudah bagiku. Dari tadi aku sudah merencanakan untuk bisa menikmati pistol daging milik bang Riza tetapi nyatanya dia sendiri yang memintaku untuk menikmati kontolnya. Kesempatan langka yang tidak akan aku sia-suakan. Gila aja kalau sampai aku menolak barang seindah dan sejantan itu. Tapi jujur, aku baru kali ini ngisap kontol. Untung banget aku sering ngeliat video-video gay yang lagi oral sex jadi aku sedikit paham dengan cara ngisap kontol. Awalnya aku tersedak karena bang Riza langsung menusukkan kontolnya dalam-dalam dan menyentuh tenggorokanku. “Uhuk! Uhuk!”. Aku melepaskan isapanku pada pistol bulu milik bang Riza. “Ohhhhhhh Baaaayyyyyy… Uh Kenapahhhh Bhaayyy?”. Bang Riza agak protes. Matanya yang tadi sudah merem kenikmatan langsung terbuka sayu memandangku. Kontol bang Riza basah akibat air liurku. Kontol besar yang coklat itu tampak mengkilap dan menggoda untuk dijilat oleh mulutku yang sudah gatal ini. “Banggg…. Jangan di tekennnn. Adek tersedak tau!”. Aku mulai manja dengan bang Riza. “Hahaha.. Cup-cup-cup! Sini abang akan pelan-pelan aja ngasih pistolnya. Ayo sayang diisap lagi”. Bang Riza membelai mesra kepalaku. Sifat manjaku akhirnya keluar juga dengan bang Riza. Wajar dong, kan aku anak tunggal jadi sering dimanjain oleh bokap-nyokap.. wkwkwk.. Bahasaku, sok anak gaul! Aku nunduk lagi deh dan kali ini aku tidak langsung memasukan benda besar dan berurat itu kedalam mulut melainkan aku jilati seperti menikmati es krim cap kontol. Dari pangkal naik keatas. Aku jilat-jilat kepala kontol bang Riza lalu aku seruput lubang kencingnya. Ih, kok ada lendir-lendirnya sih? Apa ini rasanya precum. Hmmppp unik juga rasanya. “Yankkkkk…. Pistol ahbank aaauuuhhhh… nhikmathinnnn Baayyy… Kepalahnya! Ahhhh… Emuth Har, emut! Iyah begitu… Lagihhhh lagiiii Har! Ooohhhhhh… sssshhhhtttttt uuuhhhhhh…. Abang Cinta kamu Bhay! Ahhhh ahhhh ssshhhtt ahhh ohhhhh terus Har!”. Bang Riza bersandar didinding. Matanya terpejam dan mulutnya meracau tak karuan. Sesekali tangan bang Riza mendorong kepala bagian belakangku untuk memasukan kontol besarnya lebih dalam lagi tapi aku langsung tahan dengan tanganku. Aku yakin bakalan tersedak lagi kalau paksain memasukan seluruh batang kontol milik bang Riza. “Bang… adek boleh nggak minta ditembak ma abang?”, tanyaku sambil mengocok pistol kenikmatan polisi itu. “Dek… abang mauh. Kita kekamar yuk dek. Abang mau nembak adek nih…”. “Muuuuaaaccchhhh!”, aku mengecup bibir bang Riza. Abisnya aku gemes liat bibirnya yang tidak terlalu tipis dan nggak terlalu tebal itu. “Ih adek. Muaccchhhh!”. Dia balas mencium bibirku. Akhirnya kamipun saling melumat bibir masing-masing dan menyatukan bibir. Sumpah aku masih ingat betul saat-saat itu. Bang Riza ganas sekali nyiumin aku. Asal temen-temen tahu aja ya, kata orang bibirku ini manis dan menggoda lho. Bahkan aku pernah hampir dicium laki-laki ‘normal’ gara-gara bibirku ini. Bang Riza hot banget ternyata. Saat bibirnya menyentuh bibirku, bang Riza tidak langsung memilin bibir manisku melainkan membasahi bibirku dengan lidahnya yang nakal abis! Lembut sekali lidah bang Riza ini. Aku suka dengan aroma mulutnya yang harum mint. Mungkin dia habis makan pemen kali ya? Lidahnya masuk kedalam mulutku dan menanri-nari bersama lidahku. Seruputan, sedotan, pilinan, jilatan, dan sapuan lidah bang Riza sangat-sangat hebat dan membuat aku blingsatan. Aku rela deh jadi ganti kak Siska kalau bang Riza butuh pemuas nafsunya. Tanganku masih sibuk mengocok pistol bang Riza yang udah tegak keatas dan minta segera aku dudukin. Sambil ciuman, bang Riza menggendongku sambil berdiri dan membawaku kedalam kamar. Dia rebahkan aku diranjang dan tetap menyapukan lidahnya didalam rongga mulutku. Aku membelai-belai punggunggnya dan mulai menelanjangi tubuh bang Riza. Ku mulai dengan kaosnya, celananya lalu CD-nya. Tubunya tidak sekekar model susu suplemen pria namun tetap berotot. Perutnya belum buncit kaya polisi-polisi biasanya dan masih rata. Bulu jembutnya lebat dan ada bulu-bulu halus dibawah pusernya. Ketiaknya berbulu namun nggak terlalu lebat. Sekarang bang Riza melepas ciumannya dan memintaku melepas pakaianku hingga telanjang bulat. “Aduhhh dek, tubuh kamu manis sekali. Abang jadi nggak sabar pengen nusuk adek nih”. Bang Riza mengusapkan jari tengahnya dibelahan pantatku. “Tapi adek gak pernah ditusuk bang. Abang ade isep aja yahhhh”, pintaku sambil mengusap wajahnya yang terdapat bekas-bekas jerawat itu. Bang Riza memang memposisikan tubuhnya seperti bayi yang sedang merangkak diatasku sedangkan aku berbaring miring. Aku melingkarkan tanganku keleher bang Riza dan mengarahkan bibir bang Riza untuk menciumiku lagi. Kami kembali berpagutan menikmati tetesan air liur terlarang. Kontolku yang tegang sesekali digeseki oleh kontol besar milik bang Riza. Sumpah benar-benar enak rasanya. “Dek abang mau nusuk kamu ya? Mau?”, tanya bang Riza dengan wajah tampan memelas. “Tapi bang, adek belum pernah ditusuk. Katanya kalau diperjakain rasanya sakit banget”. “Abang akan pelan-pelan kok. Adek rileks aja yah. Sakit dikit ditahan dong sayang… Nanti abang janji deh, abang bakalan bikin adek gak sakit”, bujuk bang Riza. “Bentar bang, aku mau ambil lotion dulu”. Aku menjangkau pegangan laci mejaku dan mengambil lotion pelembab didalamnya. “Pakai ini bang. Biar gampang masuknya. Pistol abang kan gede banget. Pasti susah buat merjakain adek”. “Sini abang buat adek keenakan”. Bang Polisiku ini memang benar-benar tidak sabaran untuk merjakain aku. Aduh robek, robek deh anusku gara-gara dientot kontol briptu Riza. Dia lumuri jari tengahnya dengan lotion tersebut lalu dia tusukan pelan-pelan kedalam anus sempitku. “Awww aw awhhh… Pelan-pelan banghhhh…”. Rasanya memang agak aneh, namun satu jari tidak membuat aku merintih kesakitan. Kini bang Riza mulai memaju mundurkan jari tengahnya menusuk lubang anusku. Kok bisa enak banget ya? Bang Riza memang hebat. Dua jari, tiga jari. Aduh, perih-perih enak ternyata. Pantesan didalam video yang aku sering tonton, yang dientot lubangnya pada keenakan semua. “Ahhh aaahhh oohhh ohhhh ohhhhh shempiiithhh baaangggeeetttt dekh! Ahhhhhh”. Plop! Bang Riza menarik keluar jarinya yang baru saja memperjakai anus sempitku. “Gimana sayang? Enak kan?”, tanya bang Riza padaku. “Sakit bang, ngilu…”. Aku meraba lubangku yang perih sekali. “Nanti juga enak dek. Kamu rileks aja… Rasain punya abang ya?”. Bang Riza mulai melumuri pistol besarnya dengan lotion. Lubang anusku pun dia masukkan lotion agar semakin mudah kontol milik bang Riza memasuki lobang pelepasanku. Pelan-pelan bang Riza mulai memposisikan kontolnya didepan lubang anusku. Kakiku dia taruh dipundaknya dan tangannya diletakkan didekat kedua tanganku. “Tahan ya dek… Rileks aja”. CLOK! “Bangggg!!!! Awww Sakit aduhhhh! Bang! Sudah bang!”. Aku berontak keras namun bang Riza buru-buru memegang tanganku kuat-kuat dan mendekatkan wajahnya kewajahku. “Uhhhhh Shempit bangtesssss aahhhhhhh auuuuuuu. Tahan sayangggggggghhhhhhhh aahhhhh”. Gimana aku nggak sakit, bang Riza nusukin kontol gedenya itu dengan sekali hentakan mentok gitu. Perjaka manapun akan nangis kalau ditusuk sesadis itu. Air mataku jatuh menahan perih yang teramat sangat dilobang anusku. Untungnya bang Riza tidak memaju mundurkan kontolnya dan hanya membenamkannya. “auuuuuuu Hangatnyaaaahhhhh… abangh suakkahhh dekkk. Tahan ya….”. Bang Riza menciumi bibirku dengan lembut. Aku mulai merasa lebih tenag sekarang. Bang Riza menarik kontolnya pelan- pelan dari dalam anusku. Uh, sakit sekali raanya namun bibirku tak bisa berkata apa-apa karena sudah dibungkam oleh bibir bang Riza. Ketika kontol bang Riza sudah hampir keluar kepalanya, kembali dia tusukan pelan-pelan kedalam anusku. Begitulah beberapa saat kemudia hingga entah kapan bang Riza sudah sangat cepat menggenjotkan kontolnya didalam anusku. Jepitan dinding anusku yang masih sangat sempit begitu disukai oleh kontol bang Riza. Mulutnya tak henti-hentinya menciumi bibirku untuk membungkam suaraku yang mungkin akan merintih kesakitan. Gerakan pinggul bang Riza semakin cepat dan menimbulkan gaduh akibat hentakan selangkangannya dengan pipi pantatku. Pantatnya bergerak-gerak cepat maju mundur. Kontolnya yang besar dan mengkilat karena basah oleh lotion, keluar masuk lobang pantatku yang sempit. Dia mengerang- erang dan meracau tertahan. Mungkin takut suara erangannya terdengar keluar. “Bang oh Abang auhhhhh oohhh.. Bangggg lagi! Enjot yang kerasshhhh…”. Bodoh! Kenapa suara itu tiba-tiba muncul dari mulutku. Aku benar-benar gila karena pistol bang Riza. “Oooohhhhh Iyah pasti deeekkkkk hehhh heehhhh… rasain pistol abangh inihh… Arggghhhhh”. “Ohhhh… enyyyyaaaak bangethhhh Bangggghhhhhhh… ohhh…. Banggg suka nembak Haris tahhh?Aahhh… ahhh..”. “Abanghhh Sukahhhh Ngentot Kamuuhhhh Bayyyy.. Aabanghhhh Pengen giniin kamuhhh tiap hari… ohhhh..”. “Ohhhh…ohhh… Kak Siska gimana ssshhhh gimanahh ? Ssshhh..”. “Kak Siska khan lagiihhh hamil, jadi gak bisa abangghhhh ewekkkkk kalo malem.. ohhh… “. “Hmmmppppp Ayuhhhh Banghhhhh terussshhhh aaaahhhh Hamilin Adeekkhh juga bangghhhh shhh..”. “Iya Bayyyy jugah ahh ahhh ahhh ah ah ah akan abang hamiiilllinnsssshhhaaahhh”. Jika kalian melihat gaya ngentot bang Riza pasyti kalian pada terangsang lihat pergumulan mesum Bang Riza dengan aku. “Ohhhhhhhhh ohhhh Banghhhhhhhhh……kontol abang Wandohhhhh gede bangethhhh ohhhh jembutnya lebathhh ihhhhh shhhh..shhh… Adek sukahhh bangethhh sshhh..” “Lubangghhh Bayuhhh juga Abang sukahhh Bangeettttthhh sempithhh..ssshh ahhh ahhh ahhh”. “Tapihhh ahhh shhhh kan Aabanghhhh sshhhh yanggghhh nusukhhh adehhh duluannssshhh….”. “Iyaahhh Sayangghhsssshhh oohhhh Punyahhh abang uhhhh Yanghh gedeh nihhhh ssshhhhaaahhh gedeh sshhh..shhhh..ahhh ahhhh ahhhh ahhhh bikinnnhhh adek sukahhhh” “Lubangghhhh adekkhhh enakhh kan Banggghh? Ahhhh… ahhh… ahhhh.. awwwwww”. “Enak banget hhhhhhaahhh.. ahhh….ssshhhh… apalagihhh… ahhh… kalo digenjotthhh tiapphhh sshhhh harihhhhhh.. ahhh…a ahhh…”. “Oooohhh Bangghhhhhhh…aaahhhhhhh kerashhh iiiiihhh.. lebih kencenggg sshhhhh.. ohhhh..”. Suara yang timbul akibat hentakan pantat Bang Riza semakin keras terdengar olehku. Begitu juga nafas kami yang mendengus-dengus tertahan dengan keras. Aku benar-benar semakin terangsang. Genjotan Abang Riza semakin cepat saja. “Dekkkhhhhh Aabaaangghhh ooohhh auhhh mauhhh keluarrhhhh aahhhh”. PLOP! Aku nggak mau dong permainan nikmat ini segera tuntas begitu saja. Maka aku lepaskan kontol Bang Riza dari lobang pantatku secara paksa. “Kenapah Dekkkhhh? Ada apahh? Ahhhh” . Bang Riza bingung. “Shhh… entot adekkk sambil berdiri Bangg. Gendong yah yahhhh? Adek pengen kaya di film. Pengen dientot sambil digendong”, kataku sambil tersenyum sayang dan agak manja pada Briptu Riza yang ganteng dan jantan itu. “Ya deh sayang. Sini Abang gendong”, sahut Bang Riza sambil tersenyum padaku. Ia segera berdiri dan siap menggendong aku. Kembali aku melingkarkan lengan ke leher bang Riza. Wajah kami mulai beradu rapat dan bibir kami pun kembali menempel, berciuman. Telapak tangan Bang Riza memegang buah pantatku yang putih kemerahan. Buah pantat itu diturunkannya pelan- pelan ke bawah. Kontol Bang Riza masuk sedikit demi sedikit ke lobang pantat aku yang terkuak membentuk bulatan berwarna kemerahan karena baru saja dibobol segelnya oleh Polisi berpistol maut. Mulailah bang Riza menggenjot pantatku sekali lagi. “Ohhhhhhhhh… Banghhhhhhhhhhh………….”, erangku seiring kontol Bang Riza yang mulai menembus lobang pantatku lagi. Setelah kontol itu masuk semua dalam lobang pantatku, hingga jembut bang Riza yang lebat menempel di buah pantatku, dimulailah persenggamaan kembali. Tangan bang Riza menggerakkan buah pantatku naik turun sambil pantatnya juga bergerak-gerak perlahan mencoba mengatur ritme tusukan kontolnya. Kontol Bang Riza bergerak keluar masuk lobang pantatku dengan kecepatan yang terus meningkat. Gerakan pantat dan tangan Bang Riza semakin cepat. Dengusan nafas kami pun semakin cepat dan keras terdengar. Tak pernah aku bayangkan bisa diperjakai oleh seorang yang gagah seperti bang Riza ini. Wajah tampan bang Riza membuatku lupa akan sakit yang mendera anusku. Bang Riza kelihatan sangat bernafsu. Ia sangat menikmati sekali bersenggama denganku yang sensual ini. Persetubuhan terus berlangsung dan seamkin memanas. Bang Riza melangkahkan kakinya dan membawaku kedekat dinding, rupanya dia ingin menyetubuhiku lebih intens lagi. Tubuh kecilku kini dirapatkannya ke dinding. Punggungku menekan dinding kamar. Dengan begitu bang Riza dapat menyodok lobang pantatku semakin cepat dan keras. Nafas Bang Riza terengah- engah saat menggenjotkan pantatnya ke lobang pantatku dengan cepat dan keras. “Ohh.. ohhh…ohhh…ohhh…ohhh… yangggggkkkhhhhh..abanghhhhh ooohhh samapaihhh…ahhh…ahhh..”, erang bang Riza tertahan. Pantatnya menghentak dan ia membenamkan dalam-dalam kontolnya ke lobang pantatku. Tubuhnya bergetar. Ccrrroooottt…cccrrrooootttt…cccrrrooootttt… cccrrrooootttt….ccrrroootttt… Pantat bang wando mengempot dan spermanya menyembur dalam lobang pantatku sederas-derasnya. Pantat bang Riza dan tubuh kami berdua mengkilap karena keringat. Mulut bang Riza melumat bibirku dengan buas. Setelah beberapa saat berciman kami tertawa bahagia. Puas dengan persetubuhan yang baru saja kami lakukan. Lalu Bang Riza menggendong tubuhku ke atas ranjang. Membaringkan aku disana, bersisian dengannya yang juga berbaring telentang dengan nafas terengah-engah. Kami tetap saling memandang dan senyum. Aku mengangkat kedua pahaku ke atas mencoba memeriksa lobang pantatku yang belepotan sperma bang Riza. Aku tusuk pantatku yang ngilu dengan jari telunjuk lalu aku jilatin pejuh hangat milik bang Riza. “Enakkhhh banget pejuh abang. Pistol abang memang hebat ih”. Aku menjilati telunjuku yang belepotan dengan sperma milik bang Riza. Aku duduk dan mengarahkan mulutku kearah kontol bang Riza yang masih berlumuran pejuh untuk aku bersihkan. “Ahhhhhh dekkkhhhh ahhh…. Emmmmmm”. Tak rela rasanya aku membiarkan setetes saja pejuh bang Riza terbuang. Aku jilatin kontol bang Riza hingga bersih. Setelah itu kami beres-beres dan bang Riza membersihkan diri bersamaku dikamar mandi. Dikamar mandi sekali lagi aku menikmati semburan pejuh hangat yang keluar dari pistol bang Riza. Dia memintaku mengisap kontolnya sekali lagi. Siangnya sebelum pulang, bang Riza melumat bibirku dibalik pintu dan berjanji besok akan datang lagi. “Dek, besok mas tembak lagi yah?”. “Okeh bang. Abang beli obat kuat dulu yah, biar lebih kuat lagi besok mainnya”. Abang Riza menghidupkan motor matic hitamnya dan mengedipkan mata nakal kearahku sebelu meninggalkan rumah. Sungguh aku bahagia hari ini… Aku harus siap-siap untuk besok! Pasti besok bang Riza bakalan aku kuras abis pejuhnya!

3 batang

Angin bertiup sangat kencang. Gelapnya malam semakin kelam dengan deretan awan hitam yang menutupi langit kediri. Suara dedaunan kering yang tertiup angin mencoba ikut berbunyi di antara suara hembusan angin. Diujung jalan sana tampak sesosok tubuh berotot pak Riza yang sedang mengenakan kaos berlengan panjang tampak terburu-buru menerobos angin. Trotoar malam itu cukup lengang dari orang berlalu lalang. Mungkin ini disebabkan cuaca yang sedang kurang bersahabat. Dijalanan yang cukup ramai oleh kendaraan bermotor, sesekali cahaya lampunya menyorot pak Riza. Jam disana menunjukkan pukul 09.15 pm. Pak Riza baru saja pulang dari tempat kerja barunya. Rasa lelah akibat bekerja seharian, mulai terkikis ketika pak Riza mengingat Haris yang selalu mencintainya. Malam ini pak Riza berulang tahun. Untuk merayakan hari kelahirannya tersebut, pak Riza ingin malam ini bisa makan berdua dengan Haris. Ditangan kanannya sudah terdapat sebuah benda terbungkus kantong kresek. “aku sudah tidak sabar ingin memakan kue ini bersama Haris”, ujar pak Riza sambil tersenyum sendiri memandang bungkusan ditangannya. Suara gesekan antara kaki dan trotoar menemani pak Riza menuju rumah pak fahmi. Langkah yang menggambarkan semangat. Memang inilah cinta pak Riza untuk Haris. Dia selalu ingin menjadi bagian dari diri Haris dan tak ingin Haris merasa jauh darinya. Setiap saat ditempat kerja, pak Riza selalu memikirkan Haris. Haris begitu berarti bagi pak Riza dan tak akan tergantikan. Sekarang pak Riza sudah sampai dipersimpangan jalan. Diseberang sanalah letak apartemen pak fahmi yang mereka tumpangi di kediri. Sebelum menyeberang, pak Riza mengisyaratkan pada pengendara untuk memeberinya kesempatan menyeberang. Tak berapa lama kemudian sampailah pak Riza di apartemen pak fahmi. Langkah kakinya semakin cepat menuju ruangan yang mereka tempati selama berada di kediri. Pak Riza mengetuk pintu kamar. “Haris… aku pulang…”. Dari arah dalam, seseorang membukakan pintu dan menyambut pak Riza dengan senyum bahagia. “aku hampir menyusul kamu. Aku pikir hari akan hujan, jadi aku mau menjemputmu sambil membawakan payung”, kata Haris. “apa itu ditanganmu?”, tanya Haris. “hmmmppp… aku ada sesuatu untuk kamu sayang. Kamu tahu tidak ini hari apa?”. Pak Riza seolah-olah memberi sebuah tebakan ke Haris. Dengan wajah bertanya-tanya, Haris mencoba menjawab. “hari kamu gajian? Tidak, tidak. Hari kita jadian?”, tanya Haris balik. “salah… tapi, benar juga ya sayang, hari ini memang hari yang sama saat kita jadian”. Pak Riza mendekati Haris dan menarik tangannya. Dia membawa Haris ke dapur, ke meja makan. “ada apa yang?”. Haris masih kebingunggan. Tanpa menjawab, pak Riza mendudukan tubuh Haris dikursi makan dan dia pun duduk di samping Haris. Pak Riza meletakkan kantong kresek ditangannya di atas meja. Lalu dia keluarkan kotak didalam kresek tersebut dan dia buka penutupnya. “ini kue khusus untuk kita, sayang. Aku hari ini berulang tahun”, terang pak Riza. “apa?! Sungguh?”, tanya Haris tak percaya. Pak Riza mengangguk. Haris bangkit dari tempat duduknya dan memeluk pak Riza. “selamat ya sayang. Kamu sekarang semakin dewasa dan semoga semakin baik lagi. Kok kamu tidak memberi tahuku sebelumnya. Aku bisa menyiapkan sesuatu untuk merayakan ini”. “aku ingin memberi kejutan untukmu, sayang. Ayo kita makan kuenya. Aku mau kamu yang suapi aku, ya?”, pinta pak Riza manja. Haris melepas pelukannya dan lalu menuju meja masak untuk mengambil pisau dari dalam laci. Setelah itu, Haris memotong kue tersebut menjadi beberapa bagian dan sepotong kue dia taruh diatas piring untuk disuapi ke pak Riza. Malam kian larut, mengubur semua kesunyian dan hiruk-pikuk keramaian kota. Disalah satu ruang peristirahatan, sedang berpelukkan mesra dua orang pria tampan tanpa mengenakan sehelai benang pun. Pak Riza yang tampan dan berotot sempurna memeluk Haris yang kecil dan manis itu dari arah belakang. Pak Riza mengigit lembut bahu Haris dan menimbulkan bercak merah di sana. Haris terpejam menikmati cumbuan pak Riza. Sementara kontol sang raja sudah tegak mengacung keatas dan tampaknya sudah tak sabar ingin merasakan kehangatan lubang pantat Haris yang ditumbuhi bulu. Pak Riza menggesek-gesekan kontol besarnya kemulut pantat Haris. Sesekali pak Riza juga tampak memilin puting susu Haris dengan lembut. Haris benar-benar terangsang hebat dan benar-benar menginginkan hal ini terjadi padanya. Apalagi malam ini dia melakukan hubungan intim dengan pacarnya sendiri. Haris menolehkan kepalanya kebelakang dan mencari bibir pak Riza. Pak Riza paham akan hal itu dan diapun mengangkat kepalanya sedikit kemudian mereka berciuman mesra, saling memilin lidah dan mengigit bibir pasangan masing-masing. Bibir Haris memang manis dan bibir pak Riza pun juga tak kalah memukau, bibir mereka berdua menyatu dengan mesranya. Sambil berciuman, pak Riza berusaha menelungkupkan tubuh Haris ke tempat tidur dengan pak Riza diatasnya. Pak Riza sekarang menciumi Haris sambil menindih tubuh Haris. Tubuh kecil Haris kini mulai mengangkat pinggul seperti mengisyaratkan pada pak Riza untuk segera memasukkan kontolnya kelubang Haris. Pak Riza paham dan melepaskan ciumannya pada bibir Haris. Pak Riza melumuri kontolnya dengan ludah yang banyak begitu pula dengan lubang pantat Haris. “sayhaanghh, kamuhh taaahhan yahhh. Inihh akanhh sedhikith sakithh..ooouuchh”, kata pak Riza. “cepet yaaang… aku sudah nggak tahan nih. Ahhh shhhttt… ahhhh”, Haris benar-benar sudah begitu menahan hasrat. “argghhh.. Ohh… su-sah!”. Pak Riza berusaha meletakkan kepala kontolnya ke bibir pantat Haris dan terus berusaha memasukkan benda bulat, berurat dan besar itu. Kontol pak Riza sepertinya lebih besar dari milik adam yang beberapa waktu lalu pernah mencoba kehangatan pantat Haris. Walaupun susah, akhirnya kepala kontol pak Riza yang berwarna merah muda dan besar seperti helm tentara mulai masuk kelubang pantat Haris. “awhhhh.. Aw… shhhttt argghhhh… pel-an. Pelann… yank”, pinta Haris. Pak Riza menundukkan kepalanya dan mencari bibir Haris. Untunglah postur tubuh pak Riza yang lebih tinggi dari pada Haris cukup membantu untuk melakukan penetrasi sambil berciuman. Pak Riza menciumi bibir Haris kembali sambil perlahan-lahan menekankan kontol sebesar mentimunnya ke pantat Haris yang nikmat. “hmmppp.. Rmmmm”, suara pak Riza tertahan karena sedang melumat bibir Haris. Melesat lah seluruh batang kontol pak Riza kedalam pantat Haris. Dia diamkan beberapa saat agar cincin pantat Haris tebiasa menerima batang surga pak Riza. Kontol hangat panjang lebih dari 25 cm itu benar-benar tertancap sempurna. Perlahan pak Riza mulai menarik kontolnya keluar untuk merileks-kan lubang Haris. Lalu dia tancapkan kembali dengan gerakan hati-hati kedalam pantat Haris. Pak Riza tak ingin Haris merasakan sakit namun dia ingin Haris menikmati persenggamaan ini. Haris melepaskan ciuman pak Riza dan menggigit bibirnya dengan mata terpejam. Haris masih belum terlalu rileks dengan sodokan pak Riza di pantatnya, namun dia berusaha merubah rasa terbakar tersebut menjadi rasa nikmat yang teramat sangat nikmat apalagi ini adalah hari ulang tahun pak Riza. Dia harus membuat pak Riza bahagia dan senang. “arggg…. Oooohhhhhhh… masih sempit juga punya mu, sayang. Aduhhhhh… shhhiiiitttt…”. Pak Riza melihat kearah kontolnya yang mulai pelan-pelan menyodok pantat Haris. Pak Riza tahu bahwa Haris pasti sedang kesakitan namun dia juga mau membiasakan pantat Haris dengan kontolnya yang gemuk itu. “”awww, aw aw awhhuhhhhh… bang rizaah! Aw…”. “tahan sayang, tahan! Oh no! Enak sekali, oh yeah!! Oh yeah.. Oh oh oh ohhh owhhh!”. Plop-clok-plop-clok-plop-clok-plop-clok-plop-clok-plop-clok! Pak Riza mengeluar masukkan kontolnya kelubang pantat Haris yang sudah terkuak lebar. Pantat Haris yang tadinya susah untuk dimasuki kontol perkasa pak Riza. Turun naik, pantat pak Riza menyodok pantat Haris. Tubuh kecil Haris menungging dengan kepala masih terbaring ditempat tidur. Pak Riza sekarang memposisikan badannya diatas Haris dengan bertumpu pada kedua tangan dan kakinya. Dia melalukan penetrasi dari arah belakang. Kontol basarnya semakin cepat menusuk pantat Haris hingga tubuh Haris tergoncang-goncang. Pak Riza menengadahkan kepalanya sambil menutup mata dan meracau tak karuan. Pak Riza seperti seekor banteng jantan binal yang sedang menyetubuhi betinanya. Kontol pak Riza berurat disana-sini, mengkilap menusuk lubang pantat Haris. Sodokannya yang semakin cepat seperti menguras seisi pantat Haris dengan perkasanya. Haris sangat menikmati disodomi oleh pak Riza karena kontol kekasihnya itu menyentuh bagian tersensitif di tubuhnya yang mempu membuat Haris terbang ke langit ketujuh. Peluh pak Riza mulai menetes melembabkan kulitnya yang memanas karena acara persetubuhan ini. Plok-plok-plok-plok! Suara selangkangan pak Riza yang menyentuh pantat Haris, terdengar nyaring didalam ruangan tersebut. “aaaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrggggggggggggggg!!!!!!!!!!”, teriak pak Riza ketika membenamkan seluruh kontolnya kedalam liang senggama Haris. “aw!!!!!!!!! Enakhhh bangetsss … shhiiittt “, racau Haris. Pak Riza menghentak-hentakan kontolnya dengan getaran-getaran dahsyat. Dia benar-benar menyukai Haris. Pak Riza berhenti memaju mundurkan pantatnya lalu kemudian menggendong Haris kedekat jendela kamar dengan kontol yang masih menancap sempurna dipantat Haris. “kita main berdiri ya, sayang…”. “iyah, sayang… terserah kamu saja. Ohhh”. Kaki Haris di angkat pak Riza lalu dia gendong kedekat jendela. Pak Riza melakukan penetrasi sambil berdiri sedangkan Haris mengangkang sambil kakinya dipegangi pak Riza. Tubuh pak Riza yang berotot sangat gampang melakukan gaya bersenggama seperti ini apalagi tubuh Haris cukup kecil sehingga gampang di angkat. Maka terjadilah persenggamaan dahsyat didekat jendela apartemen pak fahmi. Pak Riza yang mengendalikan gerakkan pinggul Haris turun naik meremas kontolnya. Lubang pantat Haris seakan-akan tertarik saat pak Riza menaikan tubuh Haris keatas. Turun naik pak Riza mengendalaikan lubang pantat Haris memuaskan kontol jantannya yang semakin menantang. Pak Riza sesekali menggigit leher Haris dan menjilati daun telinga kekasihnya tersebut. Peluh Haris menetes membasahi tubuhnya. Benar-benar pergumulan yang sangat dahsyat. “terus yaaang! Terus! Ahhh.. Buat aku hamil bang, hamili aku. Penuhi lubangku dengan hangatnya air surgamu! Ah ah ahhhh”. “rasakan batangku yang besar ini! Aku kan membuat kamu hamil dan meminta ampun karena telah mau aku hamili. Aku ingin punya anak dari mu sayang. Aku mau lubangmu banjir oleh air spermaku!”, kata pak Riza sambil terus mempercepat sodokannya. “ahhh ahhhaooohhhhh ohhhhh ohhhhhh ohhhhhh ohhhhhhhhhhhooooooooooooooohhhhhhhhhhhhhh ooooohhhhhhhhh ooooooooooohhhhhhhhhh!”. Pak Riza semakin membabi buta menggerakkan tubuh Haris. Haris tergoncang-goncang. Pak Riza tampaknya akan keluar dan dia buru-buru mencabut lubang Haris dari kontolnya kemudian membaringkan Haris ditempat tidur. Setelah itu, pak Riza naik keatas Haris dan mengangkangi wajah Haris. “isap Haris! Aku mau kamu hamil karenaku! Oooohhhhhhhhhhh”. Pak Riza menyodorkan kontol super gedenya kemulut Haris. Tanpa berpikir panjang lagi, Haris langsung memasukan kontol pak Riza kedalam mulutnya dan blow job-pun dimulai. Dengan cepat Haris mengeyot, mengisap dan menyeruput kontol indah milik pak Riza yang sudah hampir orgasme itu. Kepala Haris yang maju mundur semakin cepat melayani kontol pak Riza kini hampir kehabisan nafas akibat pak Riza membenamkan seluruh kontolnya kerongga mulut Haris. Kontol pak Riza berkedut dan spermanya sudah tak bisa ditahan lagi. Pak Riza akhirnya mengeluarkan seluruh spermanya didalam mulut Haris. Cccccccccccccccccccccrrrrrrrrrrrrrrrrrrrooooooooooooooooooottttttttttttttt … crrrrrrrrrrooooooottttttttt.. Ccccccccccccccccrrrrrrrrooootttttttt… ccrrrotttttttttt ccccccccrrrootttttttttt ccccccrrrrrrrrrrrrooooooooooooooootttttttttt cccrrrrooottt cccrooottt ccrroott crot crot crot crot crroottt… croott! “aaaaaaarrrrrrrrrrrrrrggggggggggggggggggggggg aaaahhhhhhhhhhhhh aarrrrrrrrrrrrrrrrgggggggggggggggggggghhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!!!!!!”, teriak pak Riza ketika spermanya keluar dari dalam kontolnya. Sperma kental pak Riza yang sangat banyak kini tertampung dimulut Haris. Pak Riza mencanut kontolnya dari mulut Haris. Plop! Haris mengeluarkan sperma pak Riza dari mulutnya sehingga cairan kental, puntih dan anyir itu meleleh menuruni dagu dan pipi Haris hingga jatuh ketempat tidur. “kenapa sayang? Telen dong…”. Pak Riza menyapukan spermanya yang dimuntahkan Haris dengan kontolnya yang masih mengacung, lalu dia masukkan kedalam mulut Haris. Dia lakukan kegiatan itu berulang-ulang sampai semua spermanya yang dimuntahkan Haris masuk kembali kemulut Haris dan menjadi darah daging Haris. Haris mengenyot kontol pak Riza supaya semua sperma yang ada dibatang kekasihnya itu bersih dan masuk ketubuhnya. Setelah tidak ada lagi sperma yang terbuang, pak Riza tidur disamping Haris dan meletakan kepala Haris didada bidangnya dalam keadaan masih telanjang. Mereka menghabiskan sisa malam dengan tidur berpelukkan. Pagi hari yang cerah, pak Riza yang masih memeluk Haris perlahan-lahan melepaskan pelukannya lalu bangkit dan bangun dari tidurnya. Dia memang masih agak lelah namun dia tidak boleh berdiam diri saja dirumah, dia harus segera berangkat kerja. Setelah mandi dan berpakaian, dia menghampiri Haris yang masih tertidur pulas kemudian dia cium kening Haris mesra sebelum berangkat. Pak Riza menyelimuti Haris dan meninggalkan Haris ditempat tidur. Tak lama setelah pak Riza berangkat, entah mengapa pak fahmi yang biasanya agak siangan datang kini pulang pagi. Padahal dikamar, Haris masih dalam keadaan telanjang bulat. Pak fahmi yang pulang dari tempat kerja langsung masuk kedalam kamarnya seperti biasa. Dia tidak menyangka kalau dikamar mereka, Haris sedang tidur dalam keadaan telanjang bulat. Awalnya pak fahmi tidak begitu memperhatikan Haris yang sedang tertidur namun ketika dia melihat celana dalam dan pakaian Haris tergeletak dilantai, pak fahmi mulai curiga. Dengan hati-hati sekali dia membuka selimut Haris dan benar dugaannya bahwa Haris sedang dalam keadaan polos tanpa sehelai benang di balik selimut tersebut. Entah apa yang pak fahmiro rasakan, melihat Haris yang begitu menggoda dia jadi bergairah dan kontolnya mulai bangun dan mengeras. “aduh… kok aku bisa terangsang hebat begini. Mudah-mudahan Haris tidak menyadarinya”. Pak fahmi melepas sabuk dan membuka bajunya. Kemudian dia merangkak naik keatas ranjang memposisikan tubuhnya dibelakang Haris yang sedang tidur miring. Kontol pak fahmi semakin berontak dan sekarang telah tegang sempurna. Tanpa basa-basi lagi, pak fahmi mulepas seluruh kain yang tersisa ditubuhnya dan menyibak selimut Haris. Dengan hati-hati, pak fahmi melumuri kontolnya yang besar itu menggunakan ludah dan bles. Cukup mudah pak fahmi menembus pantat Haris. Mungkin ini dikarenakan pantat Haris yang sudah terbuka lebar akibat kontol pak Riza tadi malam. Pak fahmi terpejam menikmati sensasi hangat yang ditimbulkan oleh liang senggama Haris. Haris masih tertidur pulas. Melihat itu, pak fahmi memulai aksinya menyodomi pantat Haris dengan menggerakan pinggulnya maju mundur dengan ritme sedang agar Haris tidak terbangun. Tubuh pak fahmiro memang cukup kekar namun perutnya tidak six pack seperti pak Riza. Pak fahmi masih terlihat seksi dengan wajahnya yang jantan. Tusukan kontol besar pak fahmi semakin cepat dan dalam sehingga Haris terbangun dari tidurnya karena merasakan benda tumpul dan kenyal milik pak fahmi menguak pantatnya cukup lebar. Namun Haris mengira bahwa yag menusuk pantatnya adalah pak Riza sehingga dia hanya diam dan menikmati sodokan pak fahmi. Tentu saja hal itu tidak disia-sia kan pak fahmi sehingga dia menggendong Haris dan meletakkannya diatas tubuhya. Haris kini berbaring ditubuh pak fahmi. Pak fahmi melakukan penetrasi dari bawah agar Haris tidak menyadari dirinya bukanlah pak Riza. “sayang… ahhhh”, dasah Haris menikmati ssodokan pak fahmi. Pak fahmi hanya diam dan mempercepat sodokannya di pantat Haris. Kontol pak fahmi memang tidak sampai 20 cm tetapi ukurannya hampir sama dengan milik pak Riza. Penuh urat yang keluar dan benar-benar nikmat untuk dicicipi. Haris benar-benar sudah sangat terangsang dan menikamati tusukan kontol pak fahmi yang semakin mengganas. Suara berisik pertemuan antara selangkangan pak fahmi dengan pantat Haris kembali memenuhi ruangan tersebut. Meskipun Haris tidak menyadari bahwa yang sedang menusuk pantatnya senikmat itu adalah pak fahmi tetapi dia merasa aneh juga karena sejak tadi pak Riza tidak bersuara maka Haris menoleh kebelakang dan alangkah terkejutnya dia ketika melihat orang yang sedang menusuk pantatnya sedahsyat itu adalah pak fahmiro. Dia terdiam kaget. Namun, pak fahmiro dengan santainya tersenyum pada Haris dan terus menggenjotkan pinggulnya menyodomi pantat Haris. Entah apa yang sedang Haris pikirkan, dia seperti kalah dengan birahinya dan seakan tanpa melawan membiarkan pak fahmiro melanjutkan aksi menusuk pantatnya. Dia tidak percaya bahwa dia akan seperti ini. Dia menikmati tusukan pak fahmi dan tidak peduli lagi dengan pak Riza. Yang Haris inginkan hanya nikmat, nikmat dan nimat. “Haris, oooohhhhhhhh enakkhhhh… bangetsss!”, racau pak fahmiro pada Haris. Haris benar-benar menikmati sodokan kontol pak fahmi pada pantatnya dan seperti tak ingin kontol itu lepas dari pantatnya. “pak fahmihhhh ooohhhhh terusin… ah aha ahahahahah!”. Haris semakin menggila karena nafsunya. Dia menghentak-hentakan pantatnya lebih cepat mengocok kontol pak fahmi menggunakan lubang senggamanya. Pak fahmi menyuruh Haris membalikan badan menghadap kearahnya. Haris menuruti permintaan pak fahmi dan langsung memutar tubuh menghadap pak fahmi. Haris memposisikan tubuhnya duduk mengangkang menghadap pak fahmi. Haris membungkukkan tubuh dan menuruti permintaan pak fahmi untuk melakukan ciuman padanya. Haris dan pak fahmi kini menyatukan bibir mereka dan mulai saling menyeruput, memilin, menyedot dan mengigit bibir satu sama lain. Mereka seperti sepasang suami istri yang baru saja menikah. Sementara pingggul Haris masih sibuk turun naik diatas kontol pak fahmi yang tagak mengkilap menjejal lubang pantat Haris. Haris merasakan keanehan pada dirinya namun dia menikmati itu seperti dia menikmati saat melakukan persenggamaannya dengan pak Riza. Haris membuat pak fahmi sangat senang dan semakin bringas. Kini pak fahmi yang mengambil alih gerakan menyodok pantat Haris dengan cepat. Pak fahmi mengeluarkan seluruh kemampuan menusuknya pada Haris. Tentu saja hal ini membuat Haris terangsang sampai keubun-ubun dan benar-benar terbuai surga dunia. “aaaarrrggggg aku mau keluar Haris!”,kata pak fahmi. “keluarin didalam saja pak fahmi…”, pinta Haris. Cccccccccccccrrrrrrrrrrrroooooooooooootttttttt cccccccrrrrooottt cccrrrooottt cccrrrooottt cccrrrooottt crot crot ccroott…. Tumpahlah seluruh cairan kelelakian pak fahmiro didalam pantat Haris. Semprotan hangat sperma pak fahmi terasa masuk hingga kerongga perut Haris. Dari arah pintu, masuklah sesosok pria macho berusia sekitar 30 tahun berambut cepak dan berbadan besar berotot. Dia ternyata paman pak fahmi yang pernah pak fahmi ceritakan pada Haris dan pak Riza, pak william namanya. Memang beda umur pak fahmi dan pamannya ini tidak beda jauh, karena pak fahmi merupakan anak sulung dari kakak tertua pak william sedangkan pak william adalah anak bungsu dari nenek pak fahmi. Dia tercengang melihat, pak fahmi dan Haris yang sedang bersenggama diatas tempat tidur. Kontol pak fahmi masih jelas tertancap dipantat Haris dan terlihat sedang menghentak-hentakkan cairan orgasmenya keliang senggama Haris. “pak fahmi?”. Pak fahmiro kaget begitu pula Haris. “paman? Pa-paman se-sedang a-apa?”, tanya pak fahmi terbata-bata. Pak fahmi hampir saja mencabut kontolnya dari annus Haris namun buru-buru dicegah pak william. “eitttsss, tidak usah dicabut. Paman boleh gabung?”, tanya pak william. Tentu saja pak fahmi tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Namun pak william menyadari itu lalu buru-buru dia melepas seluruh pakaiannya dan naik keatas tempat tidur. Kontol pak william sangat panjang sekitar 25 cm namun diameternya berkisar antara 3-4 cm saja. Kontol itu mengacung lurus kedepan dan pak william mulai mengocok-ngocok kontolnya didepan pantat Haris. “paman mau apa?”, tanya Haris. “tenang manis, kamu akan senang dengan paman”,jawab pak william. Dia mencoba memasukan kontolnya kedalam pantat Haris padahal pantat Haris sedang ditempati oleh kontol pak fahmi. Namun karena pak fahmi baru saja mengeluarkan sperma, maka pak william mendapat sedikit pelumas untuk memasuki pantat Haris. “arggggghhhhh sakit paman! Awww!”, teriak Haris ketika kontol pak william menjejal paksa pantatnya. “tahan sayang. Ini double nikmatnya”, kata pak william. Perlahan-lahan kontol pak william yang panjang tersebut masuk kedalam pantat Haris. Tanpa banyak bicara lagi, pak william langsung mengenjotkan kontol hitamnya kedalam lubang kenikmatan Haris. Walau Haris benar-benar merasa sakit, namun pak william tak peduli akan hal itu yang dia tahu hanya nikmat dan nikmyat. Inilah yang dianamakan double penetrasi. Haris merasa sakit yang teramat sangat dan luar biasa ngilunya. Untuk menenangkan Haris, pak fahmi meraih kepala Haris dan menciuminya mesra sementara pak william sibuk menusuk pantat Haris dengan ganasnya. Tanpa ampun pantat Haris mendapat serangan dari dua orang pria gagah dan tampan. Namun entah mengapa Haris sangat terangsang mendapat perlakuan seperti ini. Dia sangat bergairah meskipun dia sakit pada awalnya. Sekarang Haris malah mendesah nikmat dan benar-benar menjadi ratu untuk dua orang raja yang sedang menikmati pantatnya. Pak fahmi berinisiatif untuk mencicipi mulut Haris. Diapun melepaskan kontolnya dipantat Haris dan membiarkan pak william yang memuaskan pantat Haris sementara pak fahmi memilih untuk merasakan isapan mulut Haris pada kontolnya. Pak fahmi duduk didepan wajah Haris dan menyodorkan kontolnya kemulut Haris. Haris langsung memasukana benda berurat tumpul itu kedalam mulutnya dan dengan gerakan maju mundur dia menyedot kontol pak fahmi. Haris merasakan kenikmatan yang lain, dia disodok didepan dan juga dibelakang. Tubuh Haris berguncang hebat akibat ganasnya pak william menyodok lubang pelepasannya. Sementara mulutnya semakin kaku akibat pak fahmi memegangi kepalanya dan dengan ganas memperkosa mulut Haris seperti menusuk pantat Haris. Kontol pak fahmi mulai tegak sempurna kembali. Haris hampir tak bernafas namun pak fahmi sesekali membenamkan kontolnya sedalam mungkin untuk membiarkan Haris menarik nafas. “auhhh… shit! Pacar kamu enakh sekali lubangnya, pak fahmi. Ah… mengapa paman tidak pernah dikenalkan dengan dia?”. Pak william bertanya pada pak fahmi dengan mata tertutup dan wajah menengadah keatas. Pak fahmi tak menjawab pertanyaan pamannya tetapi dia lebih berkonsentrasi untuk merasakan kelembutan lidah Haris pada batang kontolnya. Setiap senti kulit kontol pak fahmi tak luput dari isapan mulut Haris. Batang kejantanan pak fahmi yang hampir sempurna itu benar-benar merasakan kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Alava menatap Haris dengan penuh cinta sambil dia usap lembut rambut hitam Haris. Haris menengadahkan kepalanya keatas untuk menatap wajah pak fahmi. Lidahnya menjulur dan menjilati kepala kontol pak fahmi. Tetesan precum yang mulai keluar, sangat menggoda indra pengecap Haris melalui rasanya yang sensasional. Pak william membungkukkan badannya dan menciumi leher belakang Haris. Tangan kekarnya meremas-remas dada Haris sambil dia terus menggenjotkan kontol kudanya didalam pantat Haris. Plak-plak-plak… “kamu suka, sayang? Aaaahhhh… bagaimana sodokan paman? Berasa atau masih kurang?”, tanya pak william di telinga Haris. “enak paman. Tambah kencang lagi. Ahhhhh… buat aku hamil paman. Aku mau dihamili oleh paman. Hajar lubangku sekuat paman bisa. Sepuas-puasnya!!! Argggghhhh awwww!”. “seperti ini yeah? Ah ah ah ah ah argghhh shit ah ah ah”. Pak william semakin memepercepat tusukan kontolnya didalam lubang kenikmatan Haris. Dia tampak seperti seekor kuda yang sedang berhubungan sex dengan betinanya. Remasan tangan kokoh pak william pada dada Haris semakin membuat Haris mendesah hebat. Gesekan yang ditimbulkan antara kontol pak william dan dinding pantat Haris mampu membakar lebih banyak kenikmatan. “aohhhh ohhh yeah! Suck it baby!”, racau pak fahmi. Dia mulai mengendalikan permainan dimulut Haris. Tusukan kontol besarnya pada mulut Haris semakin membuat Haris susah untuk bernafas. Aroma sperma yang tercium dihidung Haris dan pukulan buah zakar pak fahmi pada dagunya ibarat jamu ditambah madu, sungguh nikmat. Haris benar-benar merasa puas pagi ini. Kontol pak william yang panjang, mampu menyentuh usus besarnya dan inilah rasa yang Haris tak pernah bayangkan sebelumnya. Pak william membenamkan seluruh ‘pisang tanduknya’ kedalam pantat Haris yang sangat menggoda itu dengan sekali hentakan. Perlahan-lahan dia tarik lalu dia masukan kembali secara perlahan, keluarkan kembali, tusuk lagi dan crok! Amblaslah seluruh kontol pak william didalam pantat Haris. Hampir sejam sudah mereka melakukan pesta sex pagi. Baik pak william ataupun pak fahmi sudah tidak sanggup lagi menahan desakan sperma mereka yang sudah ada diujung kontol. “sayank… paman mau keluar! Argghhh….”. “aku juga say-ang!! Auhhhh”. Plop! Haris melepaskan kontol pak fahmi dan pak william dari tubuhnya. “kenapa sayang?”, protes pak william. “aku mau mencicipi air surga kalian… ayo beib… ahhhh ah ah”. Haris menelentangkan tubuhnya dan membuka mulut sambil menjulurkan lidah. Pak william dan pak fahmi paham apa yang Haris inginkan. Maka merekapun mendekatkan kontol mereka kewajah Haris dan mengocoknya dengan ritme cepat. “ooohhhhhhhhh… argggggg… aku… muncrat!”,kata pak william. “rasakan ini Haris! Telan!! Telan seluruh air surgaku! Ohhhhh”, racau pak fahmi. Ccccrrroooottttt… ccrrrooottt…crrrooottt…ccrroott…cccrrrooottt…cccrrrroooootttt…cccrrroooott …ccrrrroooottt … crrrooottt… crot –crott… crrooottt ccrrrooott cccrrroootttt!! Ccrrrooottt…. Sperma mereka masuk kedalam mulut Haris. Sperma kental,berwarna putih, dan hangat itu memenuhi rongga mulut Haris. “telan beib… kamu yang minta, bukan?”, kata pak fahmi. Melihat rongga mulut Haris yang penuh dengan sperma mereka berdua. Pak fahmi memasukan kontolnya kedalam mulut Haris secara paksa agar Haris langsung meneguk sperma yang ada dimulutnya. Haris kaget dan dengan dua kali tegukan dia telan seluruh sperma yang ada dimulutnya. Sementara pak fahmi masih menggenjotkan kontolnya kerongga mulut Haris untuk memaksa Haris meneguk sperma mereka. Ketika dirasa sudah diteguk oleh Haris, pak fahmi mencabut kontolnya dan mencium kening Haris. Pak william yang terengah-engah berbaring disamping Haris dan tidur sambil memeluk tubuh telanjang Haris. Aroma tubuh pak william yang dipenuhi butiran peluh tampak begitu maskulin. Perlahan-lahan kontolnya mulai menciut dan melemas. Pak fahmi beranjak kekamar mandi untuk membersihkan diri. Meninggalkan pamannya dan Haris yang tampak kelelahan diranjang.