Senin, 03 Juni 2013

ruang sempit kamar mandi sekolah

    Bel masuk berdentang, aku harus cepat menyelesaikan permainan ini. Kupercepat kocokan tanganku pada kontolnya yang semakin membesar. Tapi percuma kurasa. dikocok sampai bagaimanapun, kontol ini tetep aja kagak mau tuntas. Sudah 45 menit waktu istirahatku kuhabiskan untuk ngocokin kontol dan 45 menit pula kontol ini tetap belum ngecret juga.
    "Cepetan nich, keburu masuk kelas. Isep aja dah! Gua udah kagak sabar nih, dari tadi kagak mancrut-mancrut."
    "Salah sendiri punya kontol kebangetan perkasanya. Kan, jadi aku yang susah kalo belum ngecret kayak gini."
    "Udah ahh. Buruan isep! Gue mau adain ulangan nih. Bisa berabe kalo gua terlambat masuk kelas."
    "Iya iya. Nih juga mau gua isep. Mmphhh. Mmphhhhhh"
    Aku mulai menghisap kontol merah gede miliknya. Aku kilik-kilik lubang kontolnya. Kuisep sampai ke pangkal, kulepas, kuisep sekuat tenaga. Gila aja. Baru aja gua isep sebentar, dia udah menggelinjang hebat. Lubang kontolnya yang sempit segera merekah lebar. Kurasakan kontolnya membesar di mulutku. Tangannya menjambak-jambak rambutku. Kuperdalam hisapanku sampai ke pangkal kontol. Dan, CROOOTT.. CRROOOOOOOOTTT... CRROOOOOTT.. Semburan hangat peju miliknya masuk begitu saja ke tenggorokanku. Kuhitung ada 8 kali semburan peju yang banyak sekali masuk ke mulutku. Sisanya meluber keluar dan menetes ke lantai. Ada juga yang membasahi celana hitam miliknya dan seragamku. Benar benar banyak peju yang ia semprotkan siang ini.
    "Hahh. Haahh. Makasih ya Har. Udah bantuin aku ngecret siang ini. Sedotanmu yahud banget yang barusan. Peju gua sampai muncrat kemana-mana. Hebat lu."
    "Ia lah. Bapak aja yang bawel. Udah hampir sejam dikocokin, kagak keluar. Ganti diisep dikit aja udah ngecret kemana-mana. Bilang dong pak kalau pengen diisep."
    "Iya deh. Eits. Mau kemana? Bersiin kontol gue dulu dong. Masa peju lupa sama kontolnya? Habis peju, kontol kagak dibersihin."
    Benar benar deh ini guru. Udah sejam dikocokin kagak keluar, sembarangan ngecret di mulut orang sampe kemana-mana, udah gitu, itu kontol masih aja belum duduk. Bawaannya berdiri aja. Mana masih ngelelehin peju lagi. Emang dahsyat ni orang. Nggak salah aku dulu naksir sama dia. Tanpa babibu, kuisep lagi lelehan peju yang masih keluar dari lubang kontolnya. Kurapikan celana dalam dan celana panjang hitamnya yang basah di area resleting karna kena pejunya. Terakhir, kucium mesra mulut pak guru ku ini.
    "Sipp. Nah, kalo gini kan enak. Masuk kelas udah ploong. Kagak ada acara 'Ngaceng" pas ngajar. Gua tinggal dulu ya Har. Nanti pulang sekolah kita main lagi. OK"
    "Ya deh. Jangan ngaceng pas pelajaran ya. Bisa heboh ntar anak-anak."
    Ia berlalu keluar dari kamar mandi. Aku pun batal melanjutkan acara ngocok kontol yang sempat tertunda gara-gara Pak Riza tadi. Kurapikan seragamku dan kembali masuk kelas dengan wajah tidak berdosa. Pak Riza adalah guru bahasa inggris di SMA tempat aku sekolah. Wajahnya ganteng. Ganteng banget. Kayak arabian gitu. Ada bekas cukuran di pipinya. Perawakannya tinggi, kulitnya putih, dan ia rajin olahraga sampai badannya jadi abis. Kaga cuman sixpack aja, badannya berisi padat abis. Apalagi masalah kontol. Kontolnya segede botol botol aqua, lebih gede kontolnya Pak Riza malahan. Panjangnya sekitar 23 cm. Gede banget kan. Dilangkapi dengan seperangkat peler yang nauzubila gede. Segede bola tenis. Yang buat aku kesengsem lagi itu pas kontolnya lagi tidur, trus dibungkus seragam coklat itu. Wuihh, tonjolannya gede banget. Kayak celana yang ia pakai nggak muat menahan kontol Pak Riza yang masih tidur.
    Pak Riza udah punya keluarga. Istrinya cantik dan sekarang lagi mengandung anak ke-6. Anaknya 5, kelahiran pertama dan kedua kembar. Pak Riza masih muda, umurnya masih sekitar 28-an. Ia baru nikah 2 tahun yang lalu. Ia nikah karna MBA ,ia menghamili istrinya. Aku pertama nge-sex dengannya pas aku memergoki Pak Riza lagi ngocok di kamar mandi, dan ia lupa mengunci pintu. Sejak saat itu, kita adalah sexmate. Dia lah yang lebih dominan daripada aku. Aku udah pernah dientot oleh Pak Riza. Alasan kenapa Pak Riza melakukan ini semua adalah karna ia Bisex. Ia lebih nyaman nge-sex dengan ku daripada dengan istrinya. Ia mengaku, istrinya hanya bisa digenjot saja, sedang denganku? Gaya dan variasi apapun yang ia minta pasti aku turuti.
    Namaku sendiri Haris. Tampang ku termasuk ganteng dalam rating para cewek. Sayangnya, aku nggak doyan mereka. Aku cuma doyan pada cowok straight macho ganteng berkontol jumbo kaya Pak Riza.
    Pak Riza, aku akan selalu mengagumimu.

2013.05.13



Senin

Arrggh... Sial. Kenapa harus ada Prince lain yang muncul. Rencanaku belum berjalan sempurna. Susah sekali masuk ke Kamar Misterius itu untuk yang kedua kali. Setiap aku mau masuk, ada saja halangannya. Rencanaku kali ini adalah mengembalikan charger HP Prince dan mengambil celana dalam bau miliknya. Aku yakin, batang Prince berukuran sangat besat diatas normal. Kalau dilihat dari tonjolan celana satpamnya yang ketat ngepas sih, kuperkirakan panjangnya sekitar 10 cm pas lagi tidur. Entahlah kalau bangun, aku belum pernah melihatnya. Tapi, yang paling membuatku bingung adalah hadirnya seorang Pangeran tampan yang bernama Haris. Kenapa semua orang yang bernama Haris selalu menggoda hatiku?

Sabtu, 01 Juni 2013

Kenikmatan dari Sang Polisi



Selalu saja penyesalan terjadi belakangan. Seandainya saja aku tidak bernafsu ingin melihat VCD "Belum Ada Judul" yang sempat menghebohkan itu, tentunya aku tidak harus terkena masalah. Teman-temanku selalu tidak ketinggalan barang baru. Aku selalu jadi cemoohan, karena aku selalu yang paling akhir menikmati apa saja yang jadi santapan mereka. Entah itu perselingkuhan si mandor, tertangkap basahnya bos dengan sekretarisnya di kamar mandi, bahkan hal-hal kecil, seperti adanya blue VCD baru.

Bekerja di perusahaan rancang bangun selalu kehabisan waktu, namun penuh tantangan, maka sangat dibutuhkan hiburan agar pikiran selalu fresh, apalagi aku selaku designer rancang bangunnya, sangat butuh itu. Aku penasaran ingin membuktikan kehebohan VCD itu, maka ketika akhirnya temanku ada yang membawakannya, tanpa pikir panjang aku menerimanya.

Dengan Tiger kesayanganku, kupacu motorku kencang agar secepatnya bisa menonton VCD. Yogya-Magelang yang biasanya sebentar, terasa begitu lama, meski aku mempercepat laju motorku di atas 110 km/jam. Mungkin perasaan was-wasku penyebabnya. Aku sengaja pulang lebih sore daripada biasanya, berharap tidak ada polisi yang sedang operasi. Rasa lega menyeruak, begitu memasuki kota Yogya. Namun di depan sebuah plaza, aku tersentak, ketika ada sedikit kemacetan.

Ahh sial, gerutuku. Semoga hanya operasi kelengkapan surat-surat saja, bisikku dalam hati. Aku berhenti agak jauh dari tempat diberhentikannya kendaraan-kendaraan. Aku celingukan, mencoba mencari jalan tikus yang bisa kujadikan jalan selamat. Namun belum sempat aku mematikan motorku, seorang polisi telah mendekatiku.

"Selamat petang, Mas. Maaf mengganggu kenyamanan Anda. SIM dan STNK, mohon dikeluarkan?", keramahan polisi itu sedikit menyejukkanku.
"Oh iya, Pak. Ada", bergegas kusodorkan.
"Terima kasih, silakan melanjutkan perjalanan Anda!". Aku sedikit mengelus dada, syukur. Segera kuhidupkan motorku. Tanpa mengengok lagi, aku melaju.
"Mas! Maas, berhenti!". Aku menoleh, dan polisi itu kembali melambaikan tangannya. Terpaksa aku berhenti.
"Sekali lagi maaf, Mas. Ini operasi sajam dan narkoba. Saya harus memeriksa isi tas Anda!".

Duerr, serasa sebuah peluru menembus kepalaku. Aku lunglai. Aku yakin, polisi itu akan mencibir atau memperkarakanku dengan semua isi di tasku. Dua batang penis buatan yang dibawakan temanku untuk melambungkan gairah istriku. Bullshit. Terngiang sindiran teman-temanku yang menjamin bahwa istriku akan klimaks 5 kali dengan benda itu. Belum lagi VCD bokep sialan itu.

"Maaf, Pak. Ini pinjaman dari temanku. Kalau bapak berkenan silakan ambil, atau kuharap ini bisa membuka hati Bapak!", aku menyodorkan KTP dan secarik kertas yang telah kutuliskan nomor HP-ku.
"Saya ada 3 juta, tapi di rumah. Saya mohon bapak mengerti posisi saya, lagipula barang itu tidak berbahaya dan tidak termasuk kategori operasi Bapak, kan?".

Polisi itu mengangguk, sambil menerima KTP dan nomor HP-ku, lalu mempersilakanku melaju. Aku melonjak girang dalam hati. Meski sial, namun 3 juta tidak sebanding dengan nama baikku yang bakal tercoreng. Bagaimana aku harus menjelaskan kepada istriku? Bagaimana kesan keluargaku, jika tahu bahwa aku berurusan dengan polisi karena film bokep? Belum lagi pada para remaja yang menganggapku serba sempurna, saat aku memimpin rapat karang taruna mingguan mereka.

'Kutunggu di tempat kemarin kami operasi, jam setengah 7 malam, tepat. Kuharap Anda sudah siap', begitu SMS yang di kirim polisi itu, sebelum aku berangkat ke proyek. Setengah celingukan aku melambatkan laju motorku, mencari sosok polisi itu, sore itu. Hmm, jam 18:25, mungkin polisi itu belum datang, gumamku.

"Selamat petang, ikuti aku!". Seseorang menjabatku. Ohh, polisi itu tidak berseragam, pantas saja aku pangling. Segera kuikuti motornya.

Di kawasan yang tidak begitu padat, polisi itu menghentikan motornya. Persisnya di depan rumah yang tidak besar namun terlihat asri. Dia membuka pagar dan masuk. Tangannya melambai, menyuruh aku juga memasukkan motorku.

"OK Dj, inilah rumahku!". Plak, aku serasa tertampar. Darimana dia tahu nama samaran itu? Aku bingung, ternganga.
"Ada yang salah?". Senyum yang menggantung di bibirnya itu kurasa sengaja mempermainkanku. Aku makin bingung, namun kulihat di rona wajahnya seakan sedang sangat bahagia, seolah baru mendapatkan sesuatu yang lama diidamkan.
"Setengah tahun lalu kamu ganti nomor polisi motormu, kan? Kenapa? Takut ada yang mengenali motormu? Takut ada yang minta jatah dan kau tidak mau? Salahmu sendiri, kenapa terlalu jujur dan mencantumkan identitas motormu di ceritamu, itu berarti kau mengumumkan kepada kaum gay bahwa ini lho aku, Dj-paijo!".

Rentetan kata-kata bernada menyindir itu seolah menohokku, bagaimana dia tahu?'

"Kamu semakin menggemaskan kalau kebingungan begitu. Lucu, tapi menggairahkan". Aku hanya ternganga tak percaya.
"Jangan begitu, dong. Dua bulan lebih aku mencari informasi siapa gerangan pemutasi nomor polisi lamamu itu, begitu aku pindah tugas ke Yogya. Aku selalu deg-degan kalau kebetulan melihat pengendara Tiger, mungkinkah kamu? Sebetulnya bisa aku percepat, tapi aku tidak mau dicurigai ada apa-apa oleh teman korpsku. Jadinya yaa harus sabar, dan memang orang sabar banyak rejeki, kan? Kita jodoh, dan bertemu".
"Jadi..".
"Heran ada orang sepertimu di tempatku bekerja? Banyak, cah bagus, di instansi manapun juga pasti ada!".
"Jadi..".
"Iya. Aku tahu kamu dari sumbercerita.com, dan kemarin sebenarnya bukan operasi sajam atau narkoba, tapi ada kecelakaan. Sepintas aku lihat Tiger metalik dengan agak ragu-ragu melaju, kucocokkan nomor polisinya dengan catatan hasil investigasiku yang sudah kuhafal di luar kepala. Begitu aku yakin kalau itu adalah nomor barumu, baru aku dekati kamu".

Aku mengangguk, mulai memahami. Aku menjadi lebih tenang. Kusodorkan sejumlah uang yang kujanjikan, dan meminta KTP-ku. Namun polisi itu tersenyum, menggeleng.

"Aku tidak butuh uang itu. Aku butuh lebih dari itu". Senyuman misterius itu masih saja membuatku tak habis pikir.
"Aku memang puas menyaksikan berbagai bentuk penis teman-temanku ketika mandi atau bertukar pakaian, namun perlu kau tahu, aku jarang bergumul dengan mereka, bahaya. Tidak mudah menemukan seseorang yang dalam keadaan sepertimu. Bisa saja aku menggunakan gigolo, tapi riskan. Aku bisa kehilangan pekerjaan. Aku maunya dengan yang sepertimu, yang takut kalau ketahuan, yang akan sama-sama tahu untuk tidak bekoar, dan aku yakin bukan tipemu mengumbar omongan dan ngobral privasiku ke orang lain yang mungkin saja tertarik dengan kehidupanku, demikian juga aku. Jadi akan sangat aman bagiku".

Aku mengangguk kembali. Berkali mengangguk. Kulihat senyumnya masih menggantung di bibir manisnya. Dia menghela nafas panjang. Kemudian aku mendekat, berharap dia mau menerima uangku dan menyerahkan KTP-ku, agar aku tidak punya beban padanya. Namun uang itu dimasukkan kembali ke tasku. Dengan isyarat telunjuk yang ditempelkan ke bibirnya, dia menyuruhku diam. Kurasakan wajahnya begitu dekat dengan wajahku. Mulutnya membuka, mencoba menemukan mulutku. Untuk pertama kalinya, aku merasa nyaman dengan laki-laki. Mungkin karena dia adalah seorang polisi, yang selain macho, ada sensasi tersendiri yang telah sejak lama kukhayalkan.

Aku mulai mengikuti aksinya. Dengan aktif kulumat bibirnya. Begitu juga dia. Nafas kami mulai berpacu, dan membakar gairah petang. Kami berpagutan lama, seolah kami benar-benar merindukan hal itu sangat lama. Lidahnya sangat nakal bermain di mulutku, kusedot balik lidahnya. Dia mulai mengerang. Tanganku mulai menggerayangi selangkangannya. Kurasakan benjolan keras di balik celana panjangnya. Aku mulai tak tahan.

Kubuka kaos ketatnya, agak kesulitan memang, namun semua sebanding dengan badan tegap nan berisi yang ditawarkannya. Kekar tubuhnya yang terlatih setiap hari, semakin menggetarkan hasratku, aku semakin kesetanan. Kuraih celana panjangnya, dan mencoba melepasnya. Masih dengan berpagutan, aku berhasil menelanjanginya. Penis yang terbungkus celana dalam yang sangat ketat, kujamah dengan tanganku. Kupermainkan, agak sedikit kasar. Dia mengaduh, namun tetap membiarkan aksiku. Dia masih sibuk dengan gairah di mulutku. Tangannya mulai menuruni dadaku, mencoba mencari benda kesayanganku.

Aku terpekik, ketika tangannya mulai menemukan penisku. Dia mulai gemas. Dengan kasar, dia renggut apa pun yang kupakai. Tak kalah kasarnya, kutarik celana dalamnya, sekali lagi dia mengaduh, namun tak lama aku didekapnya erat. Penisnya yang keras, menusuk perutku, begitu pula penisku, ketika kami yang sama-sama telanjang, kembali berpagutan.

Aksinya yang kasar namun romantis, membuatku melambung tinggi. Mulutnya dengan ganas menyedot dua putingku bergantian. Aku mengerang. Aku dekap kepalanya yang berambut cepak, saat sensasi hebat bermain di kedua putingku. Aku semakin melambung, saat lidah kasarnya menjilati putingku. Tanganku tak kalah hebatnya mencakar daerah selangkangannya, dan merancap penis besarnya.

"Uuh, Yeahh". Kata-kata itu berulang kali keluar dari mulutnya, semakin membuatku begitu menikmatinya. Apalagi ketika mulutnya mulai menemukan penisku, aku mengerang.

Berkali-kali disentilnya penisku. Dua pelirku, tak luput dari gigitan nakalnya. Bergantian mulut indah itu mengulum buah pelirku. Sesekali aku mengaduh, saat dia menggigitnya. Kembali aku mengerang. Jari-jari tangannya menusuk-nusuk anusku, sementara mulutnya tak henti, bahkan semakin agresif menyedot penisku, seolah ingin meminum semua spermaku yang masih jauh di dalam. Sensasi di dua titik kenikmatanku, serasa melambungkan jiwaku. Aku mendesah, setengah terpekik.

Tak kalah agresifnya, aku berbuat hal yang sama. Kubanting dia, kemudian kurancap penisnya. Rasa jijik ketika menjilati penis yang sebelumnya ada, entah mengapa, dengannya justru berganti nikmat. Bagai kesetanan, berkali kugigit ujung penisnya, glands penisnya yang sudah berair kumainkan dengan ujung bibirku. Aku semakin bergairah, saat kulihat wajahnya yang memang tampan dan sangat jantan melukiskan berjuta rasa. Rasa antara nikmat, sakit, dan entah apalagi. Berkali mulutnya ternganga disertai desisan penuh kenikmatan, membuat aku ingin sekali melumat bibir itu. Namun aku lebih tertarik melumat penisnya. Tanganku meremas keras dua pelirnya. Dia terpekik, mulutnya masih menganga, mengimbangi sensasi yang dirasakannya, namun matanya terpejam.

Aku tak bisa menahan gairahku sendiri. Aku dekap erat dia. Aroma kelelakiannya menyebar dari tubuh kekarnya. Aku terbuai dan begitu gemas melihat reaksi yang diperlihatkannya. Begitupun dia. Kembali kami berpelukan erat. Tanganku masih bermain dengan penisnya, begitu juga dia. Kami sama-sama membisikkan kata yang semakin melambungkan gairah. Membisikkan kata terindah yang aku sendiri tidak tahu darimana datangnya.

"Oohh. Pakai seragammu, please!". Tiba-tiba aku sangat ingin melihatnya utuh sebagai polisi dengan seragam lengkap. Aku begitu ingin, seolah ada sensasi lain yang bisa kudapatkan.

Dengan berpelukan dan berciuman, dia menuntunku ke kamarnya. Seragam yang sekiranya akan dicuci, diambilnya dari tempat pakaian kotor. Dengan gairah yang masih tinggi, dia pakai seragamnya, komplet dengan sepatu, kecuali topinya, seperti yang kupinta.

Belum sepenuhnya selesai dia mengenakan seragamnya, aku sudah menubruknya. Kembali kami berpagutan, semakin panas, karena aku telah menemukan sensasi lain. Ahh, tubuhnya yang terbalut seragam penuh pesona itu benar-benar membuatku gila. Aku semakin agresif memagutnya serasa ingin melumat apapun yang dia miliki. Pantat, selangkangan dan apapun yang dia punya semakin membuatku melambung begitu dibalut seragamnya. Aku semakin gemas, mencengkeram apa pun yang ada padanya. Berkali dia mengaduh, namun tetap membiarkan aksiku.

Dengan paksa kubuka retsliting celananya. Aku benar-benar sudah tidak tahan. Kukeluarkan penis besarnya, berikut dua buah pelirnya. Sengaja kubiarkan tidak membuka celana panjangnya, karena aku ingin dia tetap dengan seragamnya. Semakin agresif aku mengunyah penisnya. Dua tanganku pun seolah tidak ingin melewatkan sensasi indah itu. Penis dan buah pelirnya yang menjulur dari retsliting celana coklat tua itu, membuatku kesetanan.

Dia mengamuk berat saat kupercepat aksi tanganku di penisnya. Aku dibanting ke bibir tempat tidurnya. Tubuhku terhempas ke kasur, sementara pahaku menjulur ke lantai. Penisnya yang keras, memerah dan panas, mencoba menusuk pantatku. Aku terpekik, saat berkali penisnya mencoba menusuk anusku. Tangannya berkali mengambil ludah dari mulutnya, dan dilumurkan ke anusku, berharap penisnya akan sedikit gampang masuknya. Namun tetap saja sulit, dan aku merasa kesakitan, karena inilah pertama kalinya anusku tersodomi. Aku memejam, begitu kurasakan dia memperlambat aksinya. Dengan lembut jarinya menusuk-nusuk anusku, mencoba mencarikan jalan untuk penisnya.

Kembali aku terpekik, saat glands penisnya mulai masuk ke anusku. Aku mengaduh, setengah mendesis. Berkali pula dia mendesis, sambil mengucapkan kata-kata indah, mencoba memberiku semangat. Gairahku semakin melambung, saat kulihat wajahnya yang mulai berkeringat, menegang. Mulutnya menganga dan mendesah saat penis yang menjulur dari retsliting seragamnya berjuang masuk ke anusku.

Kulumat jemarinya, saat dia telah berhasil memasukkan hampir semua penisnya. Aku benar-benar merasakan sensasi hebat, yang baru pertama kali kurasakan. Rasa mengganjal di anusku. Penisnya yang beraksi di anusku benar-benar memberikan pengalaman pertamaku, dan sebanding dengan kenikmatan yang didatangkannya. Pelan, dia maju-mundurkan pantatnya. Kami mendesis bersahutan. Tanganku beralih ke penisku. Kurancapnya semakin kencang. Aku benar-benar sudah tidak bisa menahan gairahku demi melihat wajahnya yang semakin tegang menghadirkan berjuta rasa. Kubiarkan sperma mulai memasuki ujung dalam penisku. Kurasakan sperma itu begitu kencang mengalir, memenuhi kantung spermaku.

Aku mempercepat aksiku. Rasa nikmat berganda di penis dan anusku, seolah melambung ke ubun-ubunku. Aku mulai mengejang kuat seiring dengan percepatan reaksi di penisku, dan akhirnya aku mengerang panjang saat spermaku mulai muncrat deras. Saking derasnya, sperma itu muncrat ke wajahnya. Refleks dia mendekapku erat, dengan penis masih menancap di anusku, mencoba memberikan semua birahinya.

"Hayoo, sayang! Ougghh!".

Dia membisikkan berbagai kata di telingaku, mencoba menambah gairahku. Penisku yang baru sekali memuntahkan sperma, berdenyut di baju seragamnya. Aku yakin, seragamnya akan belepotan spermaku seperti halnya wajahnya yang belepotan muncratan spermaku, karena saat dia dekap erat aku, aku masih merasakan kejang penisku memuntahkan spermanya. Tangannya mengurut penisku dengan kasar.

Belum habis sensasi yang kurasakan, dia melepas dekapannya. Wajahnya kulihat semakin tegang dan mengejang. Mulutnya ternganga, matanya berkejap-kejap. Desahan dan erangan berkali keluar dari mulutnya, saat dia mempercepat aksi penisnya di anusku.

Aku sangat menikmati saat dia berada di puncak gairah. Dengan seragam lengkap, wajah menegang, mulut menganga, mendesah. Mata berkejap-kejap, membuatku menemukan sensasi indah. Akhirnya dia meraung panjang, saat spermanya mulai muncrat. Dicabutnya penisnya dari anusku, dan ditempelkan di penisku. Spermanya yang panas, dan lengket kurasakan membasahi penisku yang setengah melemas. Kurancap kuat penisnya. Berkali dia mengerang panjang.

Tanganku masih mengurut penisnya, saat dia dengan erat dan mesra mendekapku. Bibirnya berkali mengecup keningku, dan aku pun membalasnya. Kuucapkan terima kasih, lirih. Dia pun mengatakan hal yang sama. Kami masih berpelukan erat, entah berapa lama.

Ternyata aku mulai menemukan sensasi indah yang semula kuanggap aneh. Aku mulai menikmati lekuk tubuh lelaki, yang semula masih bisa kutahan dengan melampiaskan gairah itu pada istriku. Aah..!


E N D

Budak Seks Pekerja Bangunan



Inilah cerita GAY SEX PERTAMA berbahasa Indonesia yang pernah saya tulis dalam hidupku. Mulanya, saya tidak berniat untuk mempublikasikannya tapi karena antusiasme para pembaca sumbercerita.com yang sangat besar pada ceritaku yang berbau tukang bangunan: "2 Abang Tukang Bangunan" dan "0", saya memutuskan untuk mempublikasikannya. Dalam kesempatan ini, saya ingin berterima kasih pada semua pembaca sumbercerita.com yang telah membaca kedua cerita di atas karena kedua cerita itu sampai masuk ke dalam Top 10 List cerita Sesama Pria yang paling sering dibaca.

Jika ada ide cerita, Anda boleh mengirimkannya. Terima kasih juga bagi semua yang telah menghubungiku. Maaf jika tidak semuanya bisa kubalas karena jumlahnya BANYAK sekali :) Terima kasih sekali lagi. Saya akan terus menulis untuk kepuasan Anda sekalian. Tunggu apalagi? Buka celana kalian, keluarkan kontol yang menggiurkan itu, santai saja, dan nikmati cerita ini sambil mengocok kontol kalian.

*****

http://www.angelfire.com/falcon/brycejlover/index.htm
http://endy2004.blogspot.com

*****

Sejak masa puber, saya sudah tahu kalau saya berbeda dengan para pria lainnya. Saya menyukai sesama lelaki. Tapi karena saya jarang keluar rumah, saya kurang berinteraksi dengan para pria di luar sana. Sebagai pelampiasan, saya sering masturbasi sambil melihat koleksi foto cowok bugil yang kudapat dari internet, hasil copian di warnet tiap minggu. Fantasi terbesarku adalah diperkosa oleh laki-laki jantan berbadan bagus. Saya tak pernah menyangka bahwa fantasiku akan terwujud sebentar lagi..

Pagi itu, saya sedang berjalan-jalan di sekitar lingkungan tempat tinggalku untuk mencari angin pagi. Seperti biasa, sambil berjalan, kusapukan pandanganku mencari laki-laki ganteng untuk mencuci mata. Sesosok tubuh pria pribumi bertelanjang dada menangkap perhatianku. Tubuhnya terlihat sangat bagus dari belakang. Memang tidak sebagus tubuh binaragawan, namun tetap saja menggiurkan. Pokoknya cocoklah kalau dia memutuskan ingin menjadi model sampul majalah fitness pria. Warna kulitnya agak gelap, namun dengan tubuh seseksi itu, dia nampak semakin menarik. Otot-otot punggungnya terbentuk lumayan, nampaknya dia adalah seorang tukang bangunan atau semacamnya.

Sesekali, dia menengokkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, tanpa sengaja memberiku kesempatan untuk melihat wajahnya. Nampaknya dia tak terlalu tua, sekitar 30an. Tampangnya sangat jantan, tegas, dan "beringas". Tapi wajahnya lumayan menarik juga. Perlahan-lahan, batang kontolku mulai berdiri. Di dalam otakku yang mesum, kubayangkan nikmatnya diperkosa olehnya. Oohh.. Saya lalu memutuskan untuk berjalan tepat di belakangnya. Kapan lagi bisa ketemu lelaki menggiurkan seperti ini? Telanjang dada lagi ;)

Setelah beberapa menit kuikuti, tiba-tiba dia berbelok arah dan masuk ke dalam sebuah gang kecil. Dengan tekad membara, kuikuti dia seperti seorang mata-mata. Gang itu sepi sekali. Tak ada satu pun orang di sana. Semakin kuikuti, saya menjadi semakin takut namun gairahku malah semakin tinngi. Kontolku telah basah oleh "precum" dan cairannya telah membasahi bagian depan celena pendekku yang tipis.

Tiba-tiba, pria itu berhenti. Otomatis, saya berhenti juga. Pada saat dia membalikkan tubuhnya dan memandangku, jantungku serasa ingin lepas. Saya takut sekali. Bagaimana jika dia sampai tahu bahwa saya mengikutinya. Namun pria itu hanya tesenyum. Senyuman itu nampaknya seperti senyuman seorang penjahat.

"Mau apa loe ngikutin gue?" Nada bicaranya terdengar agak tak ramah. Saya hanya terdiam saja. Saat saya tertunduk, kulihat benjolan basah besar di celanaku.
"Gawat, dia pasti melihatnya.. Aduh, bagaimana ini?", pikirku.

Pria itu mendekatiku. Entah kenapa, saya hanya berdiri terpaku di situ. Saya mulai gemetar ketakutan, namun ketakutanku hanya menambah gairahku. Dalam hatiku, saya berharap dia akan memperkosaku. Saya rela memberikan keperjakaanku padanya.

"Loe suka liat badan gue, yach?" tanyanya setelah mengamati benjolan di celanaku.

Tangan kanannya bergerak menyapu dada bidangnya. Dadanya yang agak gelap diremas-remas. Tak ayal lagi, putingnya mulai menegang menjadi sangat lancip. Gairahku menjadi tak terbendung lagi. Ingin rasanya saya memintanya untuk menyodomi pantatku, namun saya terlalu takut.

"Loe suka ini?" tanyanya lagi, kali ini agak terdengar menantang.

Dia berjalan semakin dekat.. Dekat.. Dan dekat, hingga akhirnya wajahku hampir menyentuh lehernya (Dia lebih tinggi dibanding diriku). Menundukkan kepalanya sedikit, dia berbisik..

"Pengen diperkosa nggak?"

Saya hanya terdiam. Air liurku rasanya susah sekali ditelan. Tangannya meraih turun dan memegang benjolanku dengan kasar.

"Kontol loe pasti bagus. Gue paling suka ama kontol yang nggak disunat.."

Setelah puas meraba-raba daerah terlarangku, dia meraih resleting celananya. Dengan sekali tarik, resleting itu terbuka dan kepala kontolnya menyembulkan diri untuk memberi salam. Namun saya menjadi semakin takut. Palkon (kepala kontol) pria itu begitu besar dan ukuran itu hanya ukuran sewaktu masih lemas. Bagaimana jika kontolnya terangsang? Saya mulai berpikir untuk menolak kesempatan ini. Saya memang ingin dingetotin, tapi bukan oleh kontol kuda. Saya bersiap-siap untuk kabur namun dia dapat membaca pikiranku. Sebelum saya sempat bertindak, kedua tangannya telah mencengkeram bahuku dengan sangat kuat.

Sambil menatap kedua mataku dalam-dalam, dia berkata..

"Loe nggak bakal ke mana-mana. Kalo loe berani kabur tau teriak, gue akan sumpah gue bakal ngabisi nyawa loe dengan kedua tangan ini.." Cengkeramannya dipererat untuk menegaskkan maksudnya.

Saya sungguh tak berdaya. Pada saat dia membawaku ke tempatnya, saya hanya dapat mengikutinya. Tak ada kesempatan untuk kabur karena dia tetap memegangi bahuku. Kontolnya masih bergoyang-goyang di luar resleting celananya, mengikuti irama jalannya. Akhirnya kami sampai di sebuah rumah kumuh, tak jauh dari gang tempat dia menangkapku. Dari luar, rumah itu nampak tak terawat dan agak gelap.

Dengan kasar, dia mendorongku masuk. Pria itu ikut masuk, setelah mengunci pintu untuk memastikan saya tak dapat melarikan diri. Rumah itu memang kumuh sekali. Sinar matahari hampir tak dapat masuk. Suasana di dalam rumah kecil itu remang-remang. Lantainya terbuat dari semen halus, ruangannya hanya ada dua, penerangannya tak memadai, jendelanya hanya ada satu, hampir tak ada ventilasi, dan tak ada perabotan selain beberapa meja dan kursi kayu. Saya terhentak. Ruangan ini lebih tepat disebut sebagai ruang tahanan bawah tanah, tempat para tentara menyiksa musuh-mush mereka.. Apa yang akan dilakukan pria itu terhadapku, tanyaku dalam hati.

"Buka baju loe," perintahnya.
"Cepat!!" sambungnya, agak kasar dan tak sabaran.

Beberapa saat kemudian, saya berdiri tanpa sehelai benang pun di hadapan pria itu. Kontolku mengeras bak pelat baja. Kolam "precum" terbentuk di atas palkonku yang tertutup kulup. Pakaianku kutaruh di pojok ruangan itu. Pria itu melahap tubuhku dengan tatapan bernafsu. Kontolnya yang masih tergantung di luar mulai hidup. Pelan-pelan namun pasti, kontol itu memanjang, mengeras, dan membesar.

Tak lama kemudian, kontol itu telah mencapai ukuran maksimum. Panjangnya kira-kira 25 cm. Dan keliling batang kontolnya sekitar 15cm. Sungguh besar kontol yang dia miliki, seperti kontol kuda penjantan. Agar lebih nyaman, pria itu melepas celananya sehingga kini dia pun berdiri telanjang bulat. Tak ada rasa minder sedikit pun di wajahnya. Dia bangga dengan tubuhnya dan juga dengan kontolnya.

"Sini loe." Dengan kasar dan bernafsu, dia menarik tubuhku mendekat padanya.

Tanpa memberiku waktu untuk berpikir, dia melumat bibirku sambil merangkul tubuh telanjangku. Kontol kami saling beradu dan cairan kenikmatan membasahi tubuh kami. Untuk sesaat, rasa takutku menghilang. Pada saat saya sedang terbuai oleh kenikmatan sentuhannya, dengan sigap dia merantai tanganku dan menariknya sekuat mungkin. Tubuhku terangkat ke atas. Dia terus menarik sampai akhirnya kontolku berada tepat di depan mulutnya.

"Ini yang gue suka.. Kontol berkulup.. Mm.." Kontolku langsung disantap olehnya.

Dengan liar, dipermainkannya lidahnya. Saya hanya dapat meronta-ronta kenikmatan sambil mengerang-erang. Bagiku, ini sama sekali bukan pemerkosaan. Namun, saya kemudian menyesal telah berpikir demikian..

Saya hampir saja keluar, namun pria itu menghentikan aksinya, Nampaknya, dia cukup puas dengan "precum" yang kuhasilkan. Rantai yang mengikat kedua tanganku dilepaskannya. Saya langsung dibawa ke sebuah meja kayu dan ditelentangkan di sana. Kedua tangan dan kakiku diikat pada kaki-kaki meja. Khusus untuk kakiku, Supri mengikatnya sedemikian rupa sehingga kakiku ngangkang dan memperlihatkan lubang ngentot yang kumiliki. Ikatannya benar-benar kuat. Saya tak dapat bergerak! Telentang pasrah di sana menunggu nasib. Nasib seorang budak homo.

"Untuk apa tubuhku diikat seperti ini?" tanyaku, khawatir.
"Untuk dientotin.. Untuk apa lagi?" tawanya, bernada mengejek.
"Mulai saat ini, loe adalah budak sex gue. Budaknya Supri. Loe musti muasin nafsu seks gue, dan juga ngecret sebanyak yang loe bisa. Gue paling suka liat budak seks gue ngecret dan mengerang kesakitan akibat dientotin." Kali ini, saya benar-benar ketakutan. Pria yang bernama Supri ini nampaknya tidak main-main.

Supri berjalan mengelilingi meja sambil meraba-raba tubuhku. Sentuhannya hanya membuatku semakin gila dengan gairah. Dia lalu berhenti di depanku.

"Buka mulut loe, homo!" serunya.

Tanpa kubantah, langsung kubuka mulutku dengan senang hati. Kontol kuda itu lalu meluncur masuk. Rasanya besar sekali, mulutku serasa ingin pecah. Kepala kontolnya bergerak maju dan mendesak langit-langit mulutku. Cairan asin mengalir keluar dari lubang kontolnya dan masuk ke dalam mulutku. Rasanya nikmat sekali. Namun sebelum saya dapat menikmatinya, Supri menarik kontolnya mundur. Sesaat kemudian, kontol itu bergerak maju lagi, lalu munder, maju, mundur. Dan begitu seterusnya. Untuk mengimbangi kepalaku, Supri memegang kepalaku menyamping agar dia lebih leluasa memperkosa mulutku. Saya hanya dapat mengerang nikmat sambil sesekali tersedak dan hampir kehilangan napas.

"Yeah.. Hisap terus.. Aahh.. Homo emang paling tau nyenengin cowok.." katanya sambil tersengal-sengal.
"Uugghh.. Aahh.. Loe adalah budak homo gue.. Milik gue seorang.. Aahh.. Nikmat sekali.. Oohh yah.. Oohh.. Ahh.."

Erangan-erangan nikmatnya sebentar pelan, dan sebentar keras. Saya sendiri mulai suka diperlakukan seperti itu. Namun mendadak, Supri semakin panas. Erangan-erangannya semakin keras dan terdengar seperti sedang kesakitan.

"Aarrgghh.. Oohh.. Siap-siap, homo.. Pejuh gue mau keluar.. Aahh.. Oohh.. Telan ini..!! Aarrgghh..!! Oohh.."

Dan dengan itu, kontol Supri pun memuntahkan isinya. Crroott.. Crroot.. Croot.. Cairan putih kental dan hangat itu membanjiri mulutku. Dengan lahap, kutelan semuanya tanpa sisa. Oohh cairan kelaki-lakian Supri memang sangat lezat.. Nikmat sekali..

"Uugghh.. Aahh.. Oohh.." Kontol Supri menembakkan pejuhnya selama kurang lebih sepuluh kali, lalu berhenti.

Keringatnya menetes membasahi wajahku. Pria jantan itu lalu mengelus-ngelus wajahku seolah sedang berterima kasih. Saya tersenyum puas sambil memejamkan mataku. Tak dapat dipercaya kalau saya telah melakukan oral sex dengan pejantan itu. Kukira saya dapat beristirahat, namun tiba-tiba kurasakan tangan Supri menjalar ke pahaku. Sewaktu kubuka mataku, Supri telah berdiri di depan kontolku.

Dengan bernafsu, Supri membasahi jari-jarinya kemudian jari-jari basah itu dimain-mainkan di lubang anusku yang masih ketat. Ketika jari-jari itu menekan masuk ke dalam anus, rasanya agak nyeri dan sakit. Apalagi ketika Supri memutar-mutarnya. Katanya, dia perlu melonggarkan sedikit lubang pantatku sebab lubangku terlalu ketat. Lama-kelamaan terasa nyaman dan nikmat. Saya mulai terbuai..

"Aa!! Apa itu?!" teriakku.

Rasanya luar biasa sakit. Sesuatu yang jauh lebih besar tiba-tiba menghunjam masuk. Tersadar olehku kalau benda itu adalah kontol Supri. Ya, tidak salah lagi, pikirku. Benda itu besar dan panjang, hangat, agak basah di bagian ujungnya dan berdenyut-denyut.

"Aahh..!! Sakit.." erangku.
"Diam loe, homo! Loe adalah budak seks gue dan loe musti mau gue ngentot. Sebentar lagi, loe udah bukan perjaka lagi.." tawanya riang.
"Jarang sekali bisa perkosa cowok homo yang masih perjaka.. Aahh.. Nikmatnya.."

Supri menarik jari-jarinya keluar dan menusukkan kontolnya lebih dalam lagi. Saya mengerang semakin keras. Sakitnya bukan kepalang. Rasanya seperti hendak terbelah dua saja. Lubang pantatku menganga lebar, tersumbat oleh kontol kuda itu. Air mata mengalir dari mataku, saya telah diperkosa oleh Supri.

Pada saat itu, saya benar-benar menyesal telah meminta permohonan konyol macam itu, namun sudah terlambat untuk menyadarinya. Supri mulai menggenjot pantatku. Masuk, keluar, masuk keluar.. Seiring dengan irama genjotannya, saya menangis dan mngerang. Lubang duburku benar-benar panas dan perih. Saya berusaha untuk berontak namun tali itu mengikatku terlalu kuat.

"Aagghh!!" teriakku lagi.
"Ampun, Bang.. Aacchh.. Sakit.. Ampun, Bang.." tangisku.
"Aacchh!!" Namun tangisku tak dihiraukannya. Malah Supri menjadi semakin beringas dan liar.
"Oohh.. Lubang loe ketat sekali.. Aahh.. Lebih ketat dibanding memek.. Uugghh.. Mimpi apa gue semalam.. Aahh.. Bisa dapatin homo kayak loe.. Aahh.." sahutnya di sela-sela aktivitas ngentotnya.

Saya terkejut ketika menyadari bahwa saya menikmati rasa sakitku. Rasa sakit akibat diperkosa Supri itu terasa sangat nikmat. Gesekan kontolnya dengan dinding dalam duburku mengirim sinyal-sinyal nikmat ke otak mesumku. Perlahan namun pasti, saya terhanyut dalam irama ngentotnya.

Supri nampaknya mahir sekali dalam urusan ngetot-mengentot. Dia bisa melakukannya dalam ebrbagai versi. Pertama dia bisa melakukannya dengan sangat lambat. Menusukkan kontolnya sampai masuk dalam sekali lalu dicabut seluruhnya. Kemudian, kontolnya itu dihujamkan lagi tanpa ampun dan kemudian ditarik lagi. Begitu eterusnya dan semuanya dilakukan dalam tempo lambat. Sungguh sakit, menyiksa, namun nikmat bagiku. Kedua, Surpi bisa mengentotiku dengan sangat cepat seperti laju kereta api express. Saking cepatnya, tubuhku terguncang-guncang dan lubangku terasa mulai berdarah. Ketiga, Surpi dapat memutar-mutarkan kontolnya di dalam anusku. Aahh.. Nikmatnya..

"Aahh.. Homo.. Oohh.. Ngentot.. Aarrghh..!! Nikmatnya.. Aahh.." erang Supri.

Sekujur tubuhnya bsah dengan keringat. Rambutnya pun basah. Keringatnya jatuh membasahi tubuhku yang juga mulai berkeringat. Sisa pejuhnya yang tadi dia keluarkan sedikit terlumur di badanku.

"Lagi, Bang.. Lagi.." mintaku, terengah-engah.
"Wow, lihat ini.. Budak homoku akhirnya menunjukkan kulit aslinya.. Aahh.. Gue tau.. Loe pasti suka.. Oohh.. Dientotin ama kontol gue.. Ngentot! Arrghh.."

Supri kemudian memegang kontolku yang telah banjir dengan "precum"-ku dan mulai mengocoknya. Kontolnya masih terus memompa tubuhku.

"Ngecret, ngecret, ngecret.." ulangnya berkali-kali, seperti mantra.
"Oohh!!"

Saya tidak kuat lagi. Saya harus ngecret. Saya harus mengeluarkan pejuhku.. Pejuh seorang homo..

"Aarrgghh..!! Oohh!! Aahh!! Uughh!! Oohh!!"

Saya terus mengerang-erang seperti orang kesetanan. Tubuhku menggelepar-gelepar seperti tersengat listrik, tersengat orgasme hebat. Mengalami orgasme hebat sambil terikat di meja dengan sebuah kontol super di dalam pantat rasanya NIKMAT sekali!! Aarrgghh..!! Pada saat yang sama, Supri pun berorgasme.

Begitu saya ngecret, lubang duburku menutup secara refleks dan mencekik kontol Supri. Kontan saja, kontol itu pun menyerah dan memuntahkan laharnya untuk yang kedua kalinya Crot!! Crot!! Crot!! "aarrgghh!!" Dengan jeritan yang keras sekali, seperti lolongan serigala yang terluka, Supri pun ngecret. Badannya mengejang-ngejang dengan dahsyat. Pejuhnya, seperti air bah, membanjiri lubang ngentotku. Aahh.. Hangat.. Tubuh kami berdua dikuasai oleh setan orgasme dan setan nafsu seks. Saya baru pertama kali itu mengalami orgasme yang sedemikian hebat.

Akhirnya orgasme itupun usai. Supri menjatuhkan tubuhnya di atas tubuhku. Pejuh yang kusemprotkan menodai perutku dan perutnya. Rasanya enak sekali ditimpa oleh pria segagah Supri. Afterplay kami diisi dengan tidur-tiduran seperti itu selama beberapa menit. Setelah Supri berhasil mengumpulkan tenaganya kembali, dia bangun dan menciumiku dengan mesra. Kontolnya telah melemas di dalam anusku dan tergelincir keluar dengan sendirinya. Pejuhnya yang bersarang di dalam anusku juga ikut mengalir keluar seperti tetesan air keran. Supri pun berkata..

"Mulai saat ini, loe adalah budak gue. Kapan pun gue panggil, loe musti datang. Kalo nggak, gue bakal beberin semuanya ke orang se-RT biar semua tau loe homo."
"Loe musti bersedia nyedot kontol gue, minum pejuh gue, dingentotin gue, dan juga ngelakuin apapun yang gue suruh. Ngerti?", lanjutnya lagi. Saya hanya mengangguk lemah.
"Loe adalah homo gue. Hak milik Supri. Gak boleh ada cowok lain yang ngentotin loe, kecuali gue yang suruh. Mengerti?"
"Ya, Bang," sahutku lemah.

Dan dimulailah hari-hariku bersama Supri. Setiap hari, saya dingentot habis-habisan oleh Supri. Tak jarang Supri mengundang teman-temannya sesama tukang bangunan untuk menghajar pantat homoku dna memuaskan nafsuku akan kontol. Dan saya bahagia untuk dapat menjadi budak seorang tukang bangunan macho seperti Supri.


E N D